Konflik antara PKB-PBNU potensial menjurus pada perang terbuka antara kader dan simpatisan.
Perseteruan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) semakin runcing. Dari saling sindir dan saling ejek, kini konflik mulai menjurus melibatkan gerakan massa. Jika tak juga mereda, bukan tak mungkin simpatisan dan kader kedua kubu terlibat adu jotos saat bertemu di "lapangan".
Babak baru konflik kedua kubu ditandai dengan aksi unjuk rasa massa yang menamakan diri mereka "Aliansi Santri Gus Dur". Dalam aksi protes depan kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (2/8), mereka mendesak Ketua Umum PBNU Yahya Staquf dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf segera mundur. Demonstrasi itu ditengarai digerakkan PKB.
Aksi itu mendapat respons keras dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Sekira dua hari berselang, Ketua GP Ansor Addin Jauharudin langsung menggelar apel pasukan. Hingga kini, kader Barisan Ansor Serbaguna (Banser) disiagakan di Gedung PBNU.
Ia meminta Banser NU menindak tegas aksi-aksi demonstrasi lanjutan. "Kalau ada kita langsung sikat, langsung gebuk. Tapi sebelumnya kita pendekatan persuasif dulu. Kita enggak mau lagi gedung ini dinodai, dikotori dengan demo-demo," kata Addin.
Wakil Ketua Umum (Waketum) PKB Jazilul Fawaid menyindir langkah NU menyiagakan Banser untuk menjaga markas PBNU selama 24 jam. Menurut dia, yang seharusnya dijaga Banser ialah khitah alias garis perjuangan NU 1962.