Peristiwa

Anak-anak Rohingya di Malaysia melihat laut pun takut

“Saya memberi tahu orang tua: Jangan merasa malu. Apa pun itu, anak-anak harus terus belajar, baik mereka membayar atau tidak,” katanya.

Kamis, 27 Februari 2025 17:55

Di sebuah pantai kecil di Pulau Langkawi, sekelompok anak tertawa dan bermain, menikmati matahari dan ombak yang lembut. Sebagian membangun istana pasir, dan sebagian lagi bermain di ayunan di dekatnya. Sekelompok kecil sibuk mencari kerang dan mengumpulkannya untuk diberikan kepada guru mereka.

Semua anak itu adalah pengungsi Rohingya. Sebagian lahir di Malaysia, dan sebagian lagi tiba dengan perahu setelah melarikan diri dari penganiayaan dan kekerasan di Myanmar. Arafat Mohammad mengawasi murid-muridnya sambil tersenyum. Ia ingat bahwa belum lama ini mereka semua terlalu takut untuk melangkah di atas pasir, apalagi mengarungi air.

“Dulu anak-anak sangat takut ketika melihat laut. Mereka selalu mendengar dari orang tua mereka bahwa laut itu berbahaya, laut adalah tempat kerabat mereka meninggal selama perjalanan dengan perahu,” kata Arafat. 

“Jadi anak-anak itu mengalami trauma. Mereka percaya bahwa jika mereka pergi ke pantai, mereka akan mati. Dengan datang ke sini, saya mencoba menunjukkan kepada mereka bahwa pantai adalah tempat mereka bisa bermain, dan laut bukan hanya tempat kematian.”

Arafat tiba di Langkawi pada tahun 2013. Ia bekerja sebagai guru di Myanmar. “Pada tahun 2012, militer Burma telah membakar banyak desa tempat tinggal orang Rohingya. Mereka melakukannya secara sistematis, yang mereka sebut ‘membersihkan desa’,” katanya. “Orang-orang sangat ketakutan. Di depan mata kami, bayi-bayi dibunuh. Wanita-wanita diperkosa.”

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait