Industri pengolahan susu lebih mengandalkan impor ketimbang menyerap susu hasil produksi peternak lokal.
Aksi protes para peternak sapi perah digelar di sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah secara serempak dalam beberapa hari terakhir. Selain aksi mandi susu, sejumlah video yang viral di media sosial menunjukkan para peternak membuang susu perah atau memberikannya secara gratis kepada pengguna jalan raya.
Unjuk rasa digelar sebagai bentuk kekecewaan karena sebagian besar industri pengolahan susu (IPS) menolak susu dari para peternak. Karena tak terserap IPS, peternak merugi kisaran Rp70 ribu-Rp80 ribu per hari. Bagi kebanyakan peternak, hasil jual susu harian ialah biaya hidup sehari-hari.
Ketua Dewan Persusuan Nasional (DPN) Teguh Boediyana mengatakan para peternak sapi perah gerah karena susu yang tidak terserap IPS. Kebanyakan IPS, kata dia, lebih memilih memenuhi kebutuhan susu via impor.
"Pemerintah harus mengatasi dengan mem-push semua IPS segera menyerap susu segar. Tidak ada penolakan, kecuali memang susunya tidak memenuhi syarat. Kalau dia kualitasnya tidak bagus sekali, itu tergantung pakan ternak. Kalau peternak tidak punya kualitas pakan yang bagus, ya, kualitas susu rendah," kata Teguh kepada Alinea.id, Selasa (12/11).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi susu segar dalam negeri (SSDN) hanya mencapai 968.980 ton pada 2022. Angka itu hanya sekitar 20% dari kebutuhan nasional yang mencapai 4,4 juta ton. Kebutuhan domestik susu dipenuhi lewat impor dari sejumlah negara.