Kunjungan tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian pertemuan antara para pemimpin pemberontak dan pejabat Barat.
Diplomat senior AS melakukan perjalanan melalui Damaskus, ibu kota Suriah, pada hari Jumat untuk bertemu dengan milisi yang menguasai negara tersebut dan dengan kelompok masyarakat sipil di negara itu. Mereka juga membawa misi mencari jurnalis Austin Tice dan warga negara AS lainnya yang hilang di Suriah.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, mereka adalah tim diplomat AS pertama yang memasuki Damaskus dalam lebih dari satu dekade. Disebutkan, mereka bertujuan untuk membantu membentuk lanskap politik Suriah setelah kejatuhan cepat Bashar Assad bulan ini, pemimpin otokratis yang telah lama berkuasa.
Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah pada tahun 2012, setahun setelah Assad memerintahkan pasukannya untuk melakukan kekejaman massal selama perang saudara di negara itu. Kunjungan tersebut merupakan langkah tentatif menuju keterlibatan di Suriah, sebuah negara di mana kebijakan AS dalam beberapa tahun terakhir biasanya melibatkan militer, bukan diplomasi.
Pemerintahan Biden telah berhubungan dengan para pemimpin milisi tetapi telah bergulat dengan cara untuk terlibat secara langsung, sebagian karena Amerika Serikat telah menetapkan kelompok pemberontak utama, Hayat Tahrir al-Sham, sebagai organisasi teroris. Dalam konsesi awal kepada kelompok tersebut, Amerika Serikat tidak akan lagi mengejar hadiah hingga US$10 juta untuk pemimpinnya, Ahmad al-Sharaa, yang sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Mohammad al-Golani.
Pengumuman itu dibuat dalam pengarahan hari Jumat untuk wartawan oleh Barbara Leaf, asisten menteri luar negeri untuk urusan Timur Dekat, salah satu dari tiga pejabat Biden yang mengunjungi Damaskus dan bertemu di sana dengan al-Sharaa.