Peristiwa

Jejak kebrutalan Jerman di Benua Afrika yang tak dibicarakan

Di Jerman, sejarah itu sebagian besar merupakan lubang hitam.

Jumat, 28 Februari 2025 07:44

Plakat yang menandai 77 William Street, gedung di ibu kota Jerman tempat pertemuan yang selamanya membentuk nasib Afrika berlangsung, berbeda.Tidak seperti plakat di sebelahnya – plakat persegi resmi yang menceritakan sejarah Nazi Jerman dengan warna-warna muram – plakat ini diletakkan dengan canggung di depan pohon dan memuat peta lama Afrika dengan warna-warna cerah merah dan biru.  

Plakat ini tergolong baru – dipasang tiga tahun lalu oleh lembaga nirlaba Afrika Forum, bukan oleh kota Berlin.

Di negara yang telah lama dipuji karena ingatannya yang terperinci dan produktif tentang kejahatan Nazi selama abad ke-20, kesunyian samar pada plakat Afrika menyoroti bagaimana Jerman mengingat – atau melupakan – masa lalu kolonialnya.

Pada suatu sore musim dingin, beberapa turis berlalu tanpa melirik sedikit pun, menuju sisa-sisa Tembok Berlin, sekitar 200 meter (650 kaki) jauhnya, dan sebuah tugu peringatan bagi orang Yahudi yang dibunuh dalam Holocaust. Bangunan tua 77 itu bukan lagi istana, tetapi sekarang menjadi blok apartemen dan beberapa restoran serta kafe di lantai bawah. Bahkan orang-orang yang bekerja di dekatnya tidak tahu betapa pentingnya lokasi ini dalam sejarah Afrika – “Keine Ahnung [Tidak tahu],” jawab seorang pelayan, ketika ditanya.

Tepat 140 tahun yang lalu, para pemimpin Eropa berkumpul di tempat ini untuk menuntaskan pembagian Afrika dan aturan permainan kolonisasi. Mereka telah berdebat selama sekitar tiga bulan, dari 15 November 1884 hingga 26 Februari 1885, berdebat tentang siapa yang memiliki wilayah mana di benua itu. Dikenal sebagai Konferensi Berlin atau Kongo, pertemuan tersebut akan terus mempercepat pendudukan negara-negara Afrika, yang memengaruhi nasib benua itu dengan cara yang masih bergema hingga saat ini.

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait