Peristiwa

Ibu yang berkisah tentang kepedihan menyelamatkan bayinya dari kelaparan di Gaza

“Lya-ku yang berharga,” kataku padanya. "Tetaplah kuat."

Sabtu, 13 Juli 2024 08:10

Putri saya Lya baru berusia tujuh bulan ketika perang Israel di Gaza dimulai.

Dia lahir pada tanggal 19 Maret 2023, dua tahun setelah saya dan suami saya, Mohammed, menikah. Tidak mudah untuk hamil, dan kami sangat gembira memiliki Lya. Sejak awal bayi baru lahir, saya dengan cermat mempertimbangkan segala hal yang dibutuhkan Lya, mulai dari pakaian, mainan, hingga kemudian bereksperimen dengan resep makanan yang akan memberinya nutrisi. Saya bersikeras untuk menyusui selama enam bulan sebelum memperkenalkan makanan padat, ingin Lya mendapatkan manfaat dari ASI seiring pertumbuhannya dan sistem kekebalan tubuhnya berkembang.

Sebagai ibu yang bekerja, saya menghabiskan hampir delapan jam sehari jauh dari Lya. Sepulang kerja, saya akan buru-buru pulang untuk menghabiskan waktu bersama putri saya.

Kemudian perang dimulai pada tanggal 7 Oktober. Saya selamat dari perang demi perang, namun kali ini saya adalah seorang ibu yang kehati-hatian dan perencanaannya yang cermat akan diuji dengan susah payah.

Israel langsung memblokir masuknya makanan, air, bahan bakar dan listrik ke Jalur Gaza.

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait