Pembunuhan Nasrallah di markas komando pada hari Jumat (27 September) terjadi hanya seminggu setelah Israel meledakkan ratusan pager.
Setelah pembunuhan Sayyed Hassan Nasrallah, Hizbullah menghadapi tantangan besar untuk menghentikan infiltrasi di jajarannya. Kematian Nasrallah, dianggap sebagai bukti bahwa Intelijen Israel telah sukses menembus keamanan dan kerahasiaan organisasi Hizbullah.
Ini memungkinkan musuh bebuyutannya, Israel, menghancurkan lokasi senjata, memasang jebakan pada komunikasinya, dan membunuh pemimpin veteran tersebut, yang keberadaannya telah dirahasiakan selama bertahun-tahun.
Pembunuhan Nasrallah di markas komando pada hari Jumat (27 September) terjadi hanya seminggu setelah Israel meledakkan ratusan pager dan radio yang dipasangi jebakan. Itu adalah puncak dari serangkaian serangan cepat yang telah melenyapkan setengah dari dewan pimpinan Hizbullah dan menghancurkan komando militer tertingginya.
Pada hari-hari sebelum dan beberapa jam setelah pembunuhan Nasrallah, Reuters berbicara dengan lebih dari selusin sumber di Lebanon, Israel, Iran, dan Suriah yang memberikan rincian kerusakan yang telah dilakukan Israel terhadap kelompok paramiliter Syiah yang kuat itu, termasuk pada jalur pasokan dan struktur komandonya. Semua meminta untuk tidak disebutkan namanya untuk berbicara tentang hal-hal yang sensitif.
Satu sumber yang paham dengan pemikiran Israel mengatakan kepada Reuters, kurang dari 24 jam sebelum serangan, bahwa Israel telah menghabiskan 20 tahun memfokuskan upaya intelijen pada Hizbullah dan dapat menyerang Nasrallah kapan saja mereka mau, termasuk di markas besar.