Penipuan berbasis social engineering alias soceng kian marak. Pejabat pemerintahan pun kena.
Penipuan bermodus social engineering alias soceng kian masif menelan korban. Tak hanya warga berpendidikan dan penghasilan rendah, kalangan profesional dan mereka yang berpendidikan tinggi pun rentan jadi korban.
Pelaku soceng lazimnya melakukan manipulasi psikologis melalui pesan-pesan WhatsApp dan ponsel untuk mendapatkan data rahasia korban seperti nomor rekening dan PIN. Data itu dipakai untuk membobol rekening korban atau untuk kepentingan yang lain.
Kejahatan soceng model itu setidaknya dialami Egi, 34 tahun. Pada akhir November 2023, warga Semanan, Kalideres, Jakarta Barat itu pernah dihubungi oleh seseorang yang mengaku pegawai dari bank tempatnya menyimpang uang.
"Dia nawarin saya supaya jadi nasabah prioritas. Dia minta (nomor) KTP sama nomor rekening," ucap Egi kepada Alinea.id, Senin (1/7).
Semula, Egi tidak menaruh curiga dengan sang pelaku. Pasalnya, sang pelaku mengetahui identitas dan nama orang tuanya. Ia mulai merasakan keganjilan saat sang pelaku meminta nomor PIN anjungan tunai mandiri (ATM).