Peristiwa

Perekonomian Thailand pulih tetapi melambat di bulan Mei

Ke depan, sektor pariwisata dan peningkatan belanja pemerintah akan terus mendukung perekonomian Asia Tenggara.

Sabtu, 29 Juni 2024 19:44
img

Perekonomian Thailand terus menuju pemulihan pada bulan Mei, namun lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya. Bank of Thailand pada hari Jumat (28/6) mengatakan bahwa hal itu terjadi karena terseret oleh penurunan ekspor, produksi manufaktur, dan investasi swasta.

Menurut Bank of Thailand, aktivitas di industri pariwisata yang penting terus meningkat pada bulan lalu, seiring dengan sedikit peningkatan dalam konsumsi swasta. Sementara itu, belanja pemerintah juga meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, berkat percepatan pencairan anggaran, terutama investasi pada proyek infrastruktur.

Bank of Thailand dalam sebuah pernyataan dilansir Xinhua mengatakan bahwa pada bulan Mei, inflasi umum meningkat karena kenaikan harga energi dan bahan pangan, sebagian disebabkan oleh rendahnya efek dasar subsidi listrik pemerintah tahun lalu dan penghapusan subsidi bahan bakar diesel secara bertahap.

Ke depan, sektor pariwisata dan peningkatan belanja pemerintah akan terus mendukung perekonomian Asia Tenggara. Namun, ekspor dan produksi industri diperkirakan akan pulih secara perlahan, terutama pada beberapa industri yang menghadapi tekanan tambahan dari faktor struktural, kata bank sentral.

Sebelumnya, Perdana Menteri Srettha Thavisin pada hari Rabu (19/6) mengusulkan anggaran 3,753 triliun baht untuk tahun fiskal 2025 guna menghidupkan kembali perekonomian negara yang lesu ketika anggota parlemen memulai perdebatan selama tiga hari.

Anggaran tersebut ditujukan untuk membantu perekonomian tumbuh secara maksimal, kata Srettha kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini diperkirakan akan tumbuh 2,5% hingga 3,5% pada tahun 2025, dengan proyeksi inflasi sebesar 0,7% hingga 1,7%, katanya.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan minimal 3% tahun ini, setelah pertumbuhan tahun lalu sebesar 1,9% tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan.

“Penganggaran defisit penting dan perlu untuk merangsang perekonomian yang lambat agar tumbuh secara signifikan,” kata Srettha dikutip Reuters.

Dokumen anggaran tahun 2025 memproyeksikan kenaikan belanja sebesar 7,8% dan peningkatan defisit anggaran sebesar 24,9% menjadi 865,7 miliar baht dari tahun fiskal 2024.

Pemerintah sebelumnya mengatakan sekitar 152,7 miliar baht dari anggaran tahun 2025 akan digunakan untuk membantu membiayai skema pemberian “dompet digital” sebesar 500 miliar baht.

Skema tersebut, yang melibatkan pemberian 10.000 baht per orang kepada 50 juta warga Thailand untuk dibelanjakan di komunitas mereka, telah ditunda hingga kuartal keempat tahun ini karena masalah pendanaan.(english.news.cn,reuters)

Artikel ditulis oleh

img
Fitra Iskandar Reporter
img
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

  • #Thailand
  • #Ekonomi Global
  • #Bank

Berita Lainnya