Politik

Anak pinak tiga parpol era Orde Baru

Tiga parpol era Orde Baru; Golkar, PDI, dan PPP pecah. Anak pinak ketiga parpol itu makin menambah riuh gelanggang politik tanah air.

Senin, 26 Februari 2018 17:52

Belakangan media massa ramai mewartakan parpol anyar, Partai Berkarya besutan Tommy Soeharto. Partai yang berdiri pada 15 Juli 2016 ini kerap dikaitkan dengan dugaan bahwa trah Cendana ingin kembali jadi penguasa, laiknya era Orde Baru. Menggunakan ikon partai berlatar warna kuning dengan logo pohon beringin, Tommy yang pernah ditahan di Nusakambangan atas kasus pembunuhan Hakim Kartasasmita ini menampik, Berkarya sebagai imitasi Golkar. Diintip dari laman resminya www.berkarya.id, partai ini juga sering mengunggah foto Soeharto, lengkap dengan prestasi yang ditorehkan Soeharto di masa lalu.

Berkarya sendiri lahir dari hasil fusi dua partai yakni Partai Beringin Karya dan Partai Nasional Republik. Menurut Rappler, Berkarya berdiri sebagai buntut kekecewaan Tommy yang gagal di pemilihan ketua umum (ketum) Golkar pada 2009. Diramalkan akan ikut di bursa ketum Golkar periode berikutnya, faktanya Tommy justru membuat partai baru. Gagasan dan program yang ditawarkan tak jauh berbeda dengan partai lain, yakni menyejahterakan kaum akar rumput.

Sebagai partai baru, Berkarya punya ambisi relatif besar ingin mengantongi 13% suara dan menjadi tiga besar pemenang pemilu serentak 2018. Sekretaris Jenderal Berkarya, Badaruddin Andi Picunang mengatakan, sebagaimana dikutip dari Antara, "Kami akan menyamakan langkah untuk mencapai target kami tadi, target kami kan minimal satu  kursi per dapil di semua tingkatan.”

Ucapan Picunang bukan lipstik belaka. Tommy rutin anjangsana ke masyarakat akar rumput, seperti petani, nelayan, dan pegiat UMKM. Dalam beberapa kesempatan, ia menemui nelayan di Jawa Timur untuk membagikan alat pancing. Ia juga menemui tokoh-tokoh agama untuk mengukuhkan posisinya di ruang politik.

Sepak terjang Tommy di Berkarya sebetulnya bukanlah hal baru di dunia politik. Menurut catatan Alinea, sejak keran reformasi dibuka, trio parpol, Golkar serta dua parpol gurem PDI dan PPP mengalami friksi beberapa kali. Di era Orde Baru, penyederhaan jumlah parpol memang senada dengan sistem presidensil laiknya Amerika Serikat, yang menyatukan parpol gurem dengan partai lain yang berideologi mirip, atau setidaknya sejalur.

Purnama Ayu Rizky Reporter
Satriani Ari Wulan Editor

Tag Terkait

Berita Terkait