Ancaman terhadap demokrasi saat ini juga disebabkan karena hilangnya cita rasa terhadap demokrasi.
Tidak ada dinasti dalam sistem demokrasi. Dengan demikian bukan presiden berkuasa yang menentukan siapa penggantinya, setelah masa jabatan berakhir. Keputusan ada di tangan rakyat.
“Makanya tidak ada dalam demokrasi presiden mencari calon pengganti. Itu omong kosong. Tentu presiden tidak ingin apa yang dilakukan tidak dilanjutkan. Tapi itu tidak boleh. Tidak ada pelanjut. Pelanjut itu di tangan rakyat, bukan di tangan elite,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah, dalam diskusi yang digelar Masika ICMI, Jumat (17/6).
Diskusi digelar di kampus Universitas Paramadina dan mengangkat tema “Oligarki: Ancaman terhadap Negara Hukum dan Demokrasi.”
Demokrasi, menurut dia, masih menjadi barang mewah. Kultur elite kita kebanyakan masih sangat feodalistik. Ancaman terhadap demokrasi saat ini juga disebabkan karena hilangnya cita rasa terhadap demokrasi. Misalnya presiden menganggap partai politik sebagai alat tawar menawar. Padahal dalam demokrasi presidensial, hal itu tidak dibenarkan, sebab presiden berada dalam posisi yang sangat kuat.
“Political game ada aturannya. Siapa yang boleh bermain, siapa yang tidak boleh. Dalam tradisi presidensialisme, yang bermain adalah yang dipilih rakyat. Yang tidak dipilih rakyat tidak boleh bermain,” ujarnya.