Megawati punya konflik personal dengan SBY dan Jokowi. Mungkinkah mereka kerja di satu ruangan yang sama?
Rencana presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk 'presidential club' diyakini bakal sulit direalisasikan. Klub yang diisi presiden-presiden Indonesia yang masih hidup itu tak mungkin bisa menampung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri secara bersamaan.
Analis politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Idil Akbar menilai rencana presidential club hanya terkesan positif dari sisi normatif. Ia berpendapat klub itu muskil terwujud lantaran para mantan presiden yang masih hidup bukan negarawan sepenuhnya. Namun, elite-elite politik.
"Mereka punya pemikiran yang berbeda, punya logika yang berbeda dan kepentingan yang berbeda. Maka dari situ, sulit untuk dipertemukan. Walaupun mereka secara fisik enggak ketemu, secara pemikiran juga tidak bertemu. SBY dengan Demokratnya, Megawati dengan PDI-Pnya dan nanti bila jadi Jokowi dengan Golkarnya," ucap Idil kepada Alinea.id, Jumat (5/5).
Setelah melepas jabatan ketua umum ke putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, SBY saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Megawati sudah puluhan tahun memegang jabatan sebagai Ketum PDI-P, sedangkan Jokowi saat ini dilaporkan sedang disiapkan menjadi kader Golkar.
Hubungan antara Jokowi dan SBY bisa dikata baik-baik saja. Namun, hubungan Megawati dan SBY serta Megawati dan Jokowi terbilang buruk. Megawati hingga kini belum bisa memaafkan SBY setelah "dikhianati" jelang Pilpres 2004. Mega juga dianggap tak mungkin memaafkan Jokowi yang membelot mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.