Jika tidak segera dilakukan, dikhawatirkan menjadi preseden buruk bagi demokrasi Indonesia.
Peneliti Politik Eksposit Strategic Arief Susanto meminta semua pihak mengambil pelajaran dari pertarungan Pilpres 2019, yang dianggap telah mengesampingkan etika berbangsa dan bernegara, sehingga memicu kekacauan antar sesama.
Setidaknya semua pihak terutama elite politik yang menjadi oposisi memiliki adab saat menyampaikan kritik ke pemerintah, sebab konflik yang terjadi tidak bisa dilepaskan dari narasi kebencian yang dilakukan elite politik.
"Oposisi merupakan keniscayaan dalam negera demokrasi, namun kritik yang disampaikan tetap harus konstruktif dan tak ditujukan untuk mendelegitimasi lembaga negara," tutur dia.
Pertarungan pilpres kemarin, dinilai sangat kentara terjadi delegitimasi lembaga negara. Lembaga negara menjadi korban dari pertarungan Jokowi dan Prabowo, yang dampaknya membuat orang tidak percaya dengan lembaga seperti KPU, Bawaslu bahkan Mahkamah Konstitusi.
Itulah sebabnya para elite harus mengubah sudut pandangnya mengenai makna oposisi. Ia mengajak agar ke depan elite lebih mengkritisi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dibanding mendelegitimasi lembaga negara.