Para komedian kerap dirisak dan dipersekusi karena lelucon mereka yang 'berbahaya'.
Hampir satu dekade berkarier sebagai komedian stand-up alias komika, Pandji Pragiwaksono mengaku sudah terbiasa dirisak warganet. Beragam cara sudah ia gunakan untuk menghindari perundungan. Salah satunya dengan "menyensor" materi lelucon yang ia sampaikan di panggung.
Namun demikian, menurut Pandji, masih ada saja kelompok audiens yang tersinggung dengan lelucon-lelucon yang meluncur dari mulutnya. Padahal, kelakar itu tidak dimaksudkan untuk menghina. Hingga akhirnya, Pandji pasrah menerima nasib.
"Stand-up comedy itu makanannya majas. Majas sarkasme, majas alegori, majas personifikasi, majas hiperbola. Majas artinya bisa bersayap. Tidak bermakna tunggal. Jadi, kami bisa pahami kenapa orang bisa tersinggung," ujar Pandji saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.
Panji mafhum materi apa pun yang disampaikan komika di panggung potensial bakalan membuat seseorang terbawa perasaan alias baper. Apalagi, kini eranya media sosial. Di jejaring medsos, setiap orang bisa dengan seenak udel mengkritik dan menghujat.
"Masyarakat kita itu selalu tersinggung. Lihat saja saat (grup lawak) Bagito menyinggung Tutut Soeharto. Terus Warkop menyinggung orang Islam. Lalu, Srimulat menyinggung Orde Baru. Jadi, ini sudah ada sejak dulu," ujar mantan penyiar Hard Rock FM itu.