Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Moh. Ismail Wahab memprediksi, harga beras di Februari-Maret 2023 bakal menurun. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per 18 November 2022, harga beras terpantau di level Rp11.350 per kilogram (kg). Penurunan diduga akan terjadi karena pada periode tersebut merupakan musim panen raya padi.
"Februari sampai Maret 2023 akan panen raya, apalagi Maret. Jadi harganya mulai turun," jelas Ismail dalam telekonferensi pers "Kondisi Stok Beras Nasional 2022" pada Jumat yang dikutip Minggu (20/11).
Bahkan Ismail juga mengaku mendapat laporan dari Provinsi Jawa Tengah yang memulai panen dalam satu bulan ke depan, yaitu awal hingga pertengahan Desember, sehingga harga beras juga akan mulai menurun terutama di Jawa Tengah. Kenaikan harga beras yang terjadi saat ini menurutnya juga masih dalam batas wajar.
"Kondisi di pasar tradisional tidak ada euforia apa pun, ndak. Biasa saja normal. Ada kenaikan, tapi masih batas wajar," imbuhnya.
Kemudian, terkait puncak musim panen raya 2023 diperkirakan jatuh di Maret hingga April 2023, Ismail memastikan harga beras akan turun dibanding saat ini. Namun akan tetap lebih tinggi dibandingkan sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Alasannya selain dipicu kenaikan harga BBM, yaitu kenaikan tarif upah yang naik Rp20.000 hingga Rp25.000 per jam, juga kondisi perang geopolitik Rusia-Ukraina.
"Apalagi kalau kondisi perang yang membuat kondisi perpupukan internasional tidak reda, kami pastikan kondisinya akan seperti ini," ujarnya.
Terkait pupuk, Ismail juga menyebutkan pemerintah tetap berkomitmen membantu petani melalui subsidi pupuk dan bantuan benih di tahun 2023. Untuk bantuan benih, pemerintah masih menyediakan 1 juta hektare (ha) padi dan 300.000 ha untuk jagung. Pemerintah juga berencana mengoreksi harga bantuan benih untuk tahun depan.
"Untuk subsidi pupuk, pemerintah sudah mengurangi jumlah komoditas yang mendapat subsidi agar porsinya lebih banyak yaitu dari 70 menjadi 9 komoditas. Jenis pupuk yang disubsidi juga dikurangi," tandas Ismail.
Sebelumnya, Ismail juga memastikan produksi beras nasional saat ini dalam kondisi aman. Pasalnya akan ada peluang penambahan stok produksi Oktober-Desember 2022 mencapai 5 juta ton yang didorong adanya potensi stok gabah kering giling di periode tersebut sebesar 10,24 juta ton. Sedangkan total produksi padi 2022 diproyeksikan meningkat 2,31% atau 1,25 juta ton dibandingkan 2021, sehingga secara kumulatif mencapai 55,67 juta ton.