Dalam pertarungan ekonomi dunia, produksi menjadi kuncinya. Satu negara bisa mendominasi apabila memiliki produksi lebih banyak, secara masif, dan produksinya membanjiri negara lain. Pandangan ringkas tersebut diungkapkan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dalam halal bi halal gerakan masyarakat Tenaga Pembangunan Sriwijaya di Aula Nusantara IV Gedung MPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu (20/5).
Tito menguraikan bahwa produksi memiliki tiga prasyarat.
1. Mesin tenaga kerja
Besarnya mesin tenaga kerja terkait dengan populasi. Populasi Indonesia saat ini nomor empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. World Bank (2021) meregistrasi penduduk Indonesia berjumlah 273,8 juta jiwa.
2. Sumber daya melimpah untuk lahan produksi
"Kita semua sudah tahu, Indonesia adalah negara yang sangat kaya-raya dibandingkan negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Singapura," kata Tito.
Menurut penyedia data pasar dan konsumen Statista, kontribusi industri pertambangan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,98 persen. Cadangan gas terbukti di Indonesia pada akhir tahun 2020 sebesar 1,3 ton register meter kubik. Estimasi volume produksi nikel di Indonesia sebesar 1600 ribu metrik ton.
3. Wilayah yang luas untuk menampung mesin produksi
"Kita adalah negara kepulauan terbesar dengan tiga zona waktu. Ini yang mungkin menjadi potensi kita untuk mesin produksi massal," kata Tito.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang membentuk satu negara, luas Indonesia membentang lebih dari 5.000 km dari Timur ke Barat dan 1.700 km dari Utara ke Selatan sepanjang garis khatulistiwa.
Uraian itu disampaikan Tito kepada 2.500 warga Sumbagsel perantauan, mayoritas berdomisili di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Sumbagsel merupakan akronim dari Sumatera Bagian Selatan (terdiri lima provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan).
"Banyak survei lembaga internasional seperti World Bank, Mackenzie Research Institute, dan Gallup International semua memperkirakan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia di tahun 2040-2045 setelah China, India, dan AS," katanya.
Sejalan dengan prediksi tersebut, pemerintah telah mencanangkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Dikatakan, proyeksi Indonesia ekonomi nomor empat dunia bermakna luar biasa sebab bisa mengalahkan Inggris, Prancis, dan lain-lain. Alasannya, karena dunia ini anarki. Anarki artinya tidak ada one-single compelling power to rule the world (satu-satunya kekuatan yang memaksa untuk menguasai dunia).
Tito menekankan Indonesia mendapatkan lagi bonus demografi, anak-anak mudanya banyak, dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea, dan Singapura yang populasi penduduknya makin berkurang karena anak mudanya berfokus pada pekerjaan akhirnya jarang yang mau menikah.
Tito turut menyoroti peran generasi muda dan kerjasama antargenerasi Sumbagsel untuk membangun daerah menyongsong Indonesia Emas 2045. Indonesia Emas, katanya, bukan hanya jargon. Di dalamnya terdapat berbagai potensi, termasuk dari daerah Sumbagsel.