Nilai ekspor Indonesia menuju negara di luar pasar utama meningkat. Sebanyak 56 negara dari 240 negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia bukan pasar utama karena menyumbang kurang dari US$1 juta.
"Pada 2022, ekspor Indonesia ke sejumlah negara atau teritorial tersebut mengalami peningkatan impresif," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, dalam telekonferensi pers, Senin (16/1).
Setidaknya ada 5 negara di luar pasar utama yang mencatatkan peningkatan, salah satunya Bhutan karena mengalami kenaikan ekspor hingga US$67,39 juta. Komoditas yang diekspor mencakup mesin, perlengkapan elektrik, serta bagiannya (HS85) dan kendaraan dan bagiannya (HS87).
Kemudian, Botswana naik US$3,72 juta dengan komoditas utama HS87 dan mesin, peralatan mekanis, serta bagiannya (HS84); Chad naik US$1,4 juta dengan komoditas utama produk farmasi (HS30) dan HS87; Aruba naik US$1,12 juta; dan US Virgin Islands naik US$0,82 juta.
"Perluasan pasar ekspor ini kita harapkan terus berlanjut sehingga bisa meningkatkan produksi dalam negeri dan pada akhirnya memperkuat ekonomi domestik dengan cara memperluas tujuan ekspor kita tidak hanya di pasar tradisional," tuturnya.
Sementara itu, pangsa ekspor nonmigas Indonesia selama 2022 masih didominasi China dengan nilai US$63,55 miliar atau mencapai 23,03% dari total ekspor. Lalu, Amerika Serikat (AS) mencapai US$28,2 miliar dengan kontribusi 10,22%, India US$23,3 miliar dan kontribusinya 8,44%.
"Jika dilihat secara agregat, nilai ekspor kita untuk wilayah ASEAN mencapai US$53,27 miliar atau pangsa ekspor sebesar 19,3%, sedangkan untuk wilayah Uni Eropa mencapai US$21,28 miliar atau pangsanya mencapai 7,71%," ucap Margo.
Sebelumnya, Margo menyampaikan, nilai ekspor Indonesia pada Desember 2022 mengalami penurunan 1,10% secara bulanan (month to month/mtm) daripada November 2022, dengan total nilai ekspor pada Desember 2022 mencapai US$23,83 miliar. Penurunan ini terjadi sejak September yang turun 11,07% mtm, selanjutnya Oktober turun 0,2% mtm, dan November turun 2,57% mtm.