close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pengamat ekonomi politik Ichsanudin Noorsy menilai Indonesia menghadapi sembilan tantangan baik domestik maupun internasional dari pendekatan Rancangan APBN 2019. / Facebook
icon caption
Pengamat ekonomi politik Ichsanudin Noorsy menilai Indonesia menghadapi sembilan tantangan baik domestik maupun internasional dari pendekatan Rancangan APBN 2019. / Facebook
Bisnis
Selasa, 25 September 2018 23:56

9 Tantangan ekonomi Indonesia 2019

Sembilan tantangan ekonomi Indonesia akan dihadapi dari dalam dan luar negeri pada 2019.
swipe

Sembilan tantangan ekonomi Indonesia akan dihadapi dari dalam dan luar negeri pada 2019.

Pengamat ekonomi politik Ichsanudin Noorsy menilai Indonesia menghadapi sembilan tantangan baik domestik maupun internasional dari pendekatan Rancangan APBN 2019.

"Saya mencatat ada empat tantangan dalam negeri dan lima tantangan internasional yang dihadapi Indonesia," kata Ichsanuddin Noorsy pada diskusi 'RAPBN 2019 dan Tantangan Pembangunan Nasional' di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa (25/9).

Menurut Ichsanuddin, empat tantangan dalam negeri meliputi, pertama, adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. "Pada hari ini nilai tukar rupiah ada pada titik Rp14.910 per dollar AS. Pada RAPBN 2019, asumsi rupiah diusulkan Rp14.400 per dollar AS," katanya.

Ichsanuddin memprediksi nilai tukar rupiah dapat melemah lagi sampai melampaui Rp15.000 per dollar AS jika Bank Sentral Amerika Federal Reserve menaikkan lagi suku bunganya.

"Kita tunggu saja dalam beberapa hari ke depan, apakah Bank Sentral Amerika menaikkan lagi atau tidak suku bunganya," katanya.

Menurut dia, kalau Bank Sentral Asia menaikkan lagi suku bunganya, maka rupiah akan melemah lagi. "Ini menunjukkan bagaimana pemerintah menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah," katanya.

Kedua, pada saat nilai tukar rupiah melemah, pemerintah seharusnya menggenjot ekspor untuk menguatkan nilai tukar rupiah. "Ternyata tidak dilakukan. Neraca pembayaran Indonesia tetap negatif. Defisit transaksi berjalan tetap pada kisaran 3%," katanya.

Ketiga, Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan terjadinya gejolak harga. Menurut Ichsanuddin, harga minyak dunia saat ini sekitar US$80 per barel, harga tertinggi sejak 2008. Sedangkan, asumsi APBN untuk harga minyak dunia hanya US$70 per barel.

"Itu artinya ada defisit US$10 per barel dari asumi APBN," katanya.

Menurut dia, kenaikan harga minyak dunia, berdampak mengerek harga komoditas lainnya seperti batu bara, gas, sawit, dan sebagainya. "Kenaikan harga-harga tersebut berdampak terjadinya inflasi," katanya.

Keempat, karena adanya inflasi maka perbaikan gini ratio yang sebelumnya dipublikasi dari 0,408 menjadi 0,389, pada hakekatnya tidak bisa mencapai apa-apa. "Terbukti dalam Nota Keuangan pada RAPBN 2019, gini ratio tetap dinyatakan 0,389," katanya.

Ichsanuddin menegaskan dari empat tantangan Indonesia di dalam negeri menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih rapuh. (Ant).

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan