Visi misi dua calon presiden dan wakil presiden didorong dapat menjawab tren investasi internasional.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa melihat adanya perubahan tren dalam investasi internasional.
Kecenderungan terakhir, negara-negara maju mulai mengurangi ketergantungan ekonominya pada sektor industri ekstraktif. Dampaknya, investor mulai melihat peluang baru kepada sektor energi terbarukan.
Peluang itu, perlu direspons oleh calon presiden lewat program-program aplikatif.
"Semakin berkurang investor yang masuk ke sektor ekstraktif khususnya batu bara. Maka harus lebih banyak investasi energi terbarukan. Ini harus ditangkap," ucap Fabby Tumiwa di Jakarta, Rabu (13/2).
Tren itu mesti ditangkap serius oleh kedua kandidat, bila tidak ingin investor mengalihkan investasinya ke negara tetangga.
Singapura merupakan negara yang dianggap memiliki instrumen regulasi yang memadai. Kecenderungan investasi internasional seharusnya ditangkap oleh pemerintah, berupa penyiapan infrastruktur investasi yang ramah terhadap investasi asing.
"Ini membutuhkan kebijakan atau regulasi yang lebih cerdas. Kita lihat investasi di bidang energi empat tahun terakhir relatif turun," terang dia.
Sebelumnya, koordinator nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah mengungkapkan, pemerintah masih bertumpu pada energi fosil. Padahal, industri ekstraktif cenderung menyisakan banyak persoalan lingkungan dan sosial.
Soal komitmen pemerintah ke depan, Merah masih pesimis akan terlepas dari eksploitasi industri ekstraktif. Pasalnya, masing-masing kandidat masih dililit kepentingan oligarki pebisnis tambang ekstraktif.
"Dua pasangan itu dilingkupi dan disandera oleh oligarki pebisnis batu bara," tukasnya.