PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), menyampaikan laporan keuangan konsolidasian untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023 (1H23).
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, paruh pertama 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya. Walaupun ada tantangan-tantangan ini, perseroan berhasil mencatat margin yang sehat dengan menghasilkan laba inti US$1.024 juta.
“Kami siap mencapai target 2023 dengan dukungan eksekusi yang solid di masing-masing bisnis. Kami juga siap untuk ambil bagian dalam inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang mendapatkan pemenuhan keuangan di Mei lalu. Hal ini menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan di jangka panjang melalui strategi tiga pilar,” kata dia dalam keterbukaan informasi, Selasa (22/8).
ADRO mencatat kenaikan 19% pada volume penjualan menjadi 32,62 juta ton, dengan pendapatan yang berkurang 2% menjadi US$3.479 juta, akibat penurunan 18% pada harga jual rata-rata (ASP).
ADRO mencatat laba inti US$1.024 juta pada 1H23 dan EBITDA operasional sebesar US$1.393
juta.
Sejalan dengan rencana investasi, belanja modal naik 71% menjadi $269 juta. ADRO telah berinvestasi pada alat berat, tongkang dan infrastruktur pendukung pada rantai pasokan, sambil memulai investasi di smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya.
"Posisi keuangan ADRO tetap sehat dengan posisi kas bersih US$1.324 juta per akhir 1H23. Pemenuhan keuangan telah diperoleh pada Mei 2023 untuk smelter aluminium dan fasilitas pendukung, sejumlah US$1.585 miliar dan Rp2,5 triliun," tutur dia.