close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi paylater. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi paylater. Foto Freepik.
Bisnis - UMKM
Selasa, 09 Juli 2024 20:14

Agar tak terjebak utang paylater

Popularitas transaksi paylater semakin melesat bukan hanya di platform e-commerce, namun di sektor belanja offline.
swipe

Apoy (24) mengaku kerap menggunakan paylater. Sistem pembayaran itu membantunya memiliki barang impiannya. Apalagi, gaji yang dikantonginya belum cukup untuk memenuhi keinginannya.

“Saya ada hobi, khususnya beli sepatu. Lalu ada juga gadget yang dipakai buat kerja. Nah kalau lagi ada barang bagus tapi enggak ada uang itulah masalahnya. Jadi pakai paylater,” katanya kepada Alinea.id, Kamis (4/7).

Sementara, Dita (28) menggunakan paylater guna menunda pengeluaran lebih besar. Dia memanfaatkan fasilitas cicilan yang disediakan paylater dengan tenor tertentu, sehingga tak perlu menghabiskan uang tabungan untuk membeli barang.

Untuk itu, dia bilang, menggunakan paylater untuk barang atau kebutuhan tertentu yang memiliki urgensi tinggi. “Paylater membantu karena kan saya bisa nyicil nanti,” ujarnya kepada Alinea.id, Kamis (4/7).

Gaya hidup

Paylater merupakan sistem pembayaran yang ditunda. Dengan kata lain pengguna bisa membeli barang tanpa harus membayar secara langsung. Sebagai gantinya, pengguna membayar nominal pembelian barang beserta bunganya kepada penyedia layanan paylater. Pembayaran bisa dilakukan dalam satu kali bayar atau secara cicilan. 

Laporan Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024 menunjukkan popularitas transaksi paylater semakin melesat bukan hanya di platform e-commerce, namun di sektor belanja offline. Tercatat, transaksi offline berkontribusi sebesar 27,7% terhadap total transaksi paylater atau mengalami kenaikan hingga 169% sepanjang 2023. 

Penggunaan paylater pada pembelian 6 dari 13 kategori produk meningkat, seperti makanan (dari 16,6% pada 2022 menjadi 17,6% pada 2023), kesehatan dan kecantikan (dari 14,4% pada 2022 menjadi 15,8% pada 2023), serta peralatan kantor dan alat tulis (dari 3,1% pada 2022 menjadi 4,2% pada 2023).

Temuan lain, terdapat peningkatan pengguna berusia lebih tua di luar segmentasi generasi Z dan milenial. Proporsi jumlah pengguna di 36 tahun ke atas tumbuh dari sebesar 27,8% pada 2022 meningkat menjadi 29,6% pada 2023. Dari segi transaksi, proporsi jumlah transaksi dari rentang usia ini juga meningkat dari 31% pada 2022 menjadi 31,9% pada 2023. 

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) sekaligus Pengamat Ekonomi Digital Nailul Huda menilai generasi Z dan milenial cukup konsumtif. Bahkan, sebagian dari mereka mengandalkan pembiayaan termasuk dari paylater

"Mereka cukup konsumtif dengan dominasi konsumsi yang bersifat leisure. Misalnya, healing, traveling, dan konsumsi rumah makan maupun kafe," ujarnya. 

Beberapa tahun terakhir, kata Huda, konsumsi bersifat leisure meningkat lebih tajam dibandingkan konsumsi primer seperti bahan makanan. Untuk pembelian leisure, kedua generasi tersebut mengandalkan paylater sehingga transaksi dengan sistem pembayaran ini untuk usia muda mendominasi dan tetap tumbuh positif. 

“Mereka lebih memilih paylater ketimbang pembiayaan lainnya seperti kartu kredit,” ucapnya.

Menurut Huda, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan akun kartu kredit tumbuh di bawah 1%. Artinya, kartu kredit semakin ditinggalkan. 

"Di sisi lain, pertumbuhan paylater masih cukup tinggi, begitu juga dengan keuangan berbasis server yang tumbuh dua digit," lanjutnya.

Hal tersebut terjadi lantaran pembuatan kartu kredit memakan waktu dan prosesnya cukup lama. Bahkan, kerap membutuhkan waktu hingga dua minggu. 

“Sementara paylater hanya butuh kurang lebih 15 menit. Jadi ya generasi milenial dan generasi Z pilih paylater secara rasional,” ujarnya.

Financial Planner Freddy Pieloor menyebut konsep buy now pay later ini merupakan 'jebakan'. 

“Saya mencurigai itu seperti ‘jebakan’, terlihat tidak dikenakan bunga, padahal ada,” ujarnya kepada Alinea.id, Jumat (5/7).

Maka dari itu, kata Fredy, generasi milenial dan generasi Z harus memprioritaskan membayar kewajiban dahulu seperti utang. Setelah itu jangan buat utang lagi. Kemudian, harus membuat komitmen dengan orang tua maupun pihak kantor agar tidak melakukan hal serupa.

Selain itu juga perlu mengurangi konsumsi dan hedonisme serta pengeluaran untuk gaya hidup yang tidak perlu.

"Alokasikan gaji ke depan untuk membayar utang," tuturnya.

Langkah selanjutnya, sisa gaji harus dicukupkan dan tidak membeli apapun sampai seluruh utang lunas. Setelah lunas, mulai menabung and berinvestasi sebesar 10% hingga 20% di awal dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan.

“Sisanya baru dipakai untuk konsumsi hidup. Cukup enggak cukup, harus cukup,” ucapnya.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan