Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan, Indonesia menjadi salah satu negara the bright spot in the dark. Alasannya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2022 mencatatkan kinerja impresif sebesar 5,72% year on year (yoy) bahkan diiringi penurunan inflasi menjadi 5,71% (yoy) pada Oktober 2022.
"Secara spasial, pertumbuhan Indonesia juga membaik, yang tertinggi yakni Sulawesi (8,24%), Maluku dan Papua (7,51%), kemudian diikuti oleh Bali-Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Kalimantan dan Sumatra. Di Sulawesi, Maluku, dan Papua didorong oleh harga mineral yang tinggi," ujar Airlangga dalam keterangan resminya, Kamis (24/11).
Airlangga mengapresiasi para pelaku usaha kementerian/lembaga (K/L) terkait karena berpartisipasi aktif dalam industri hulu minyak dan gas. Hal ini disampaikannya saat menghadiri 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas 2022, Kamis (24/11).
"Adanya pertemuan ini diharap bisa meningkatkan awareness dan sinergi antara para pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan investasi dan dukungan untuk pencapaian target produksi minyak 1 juta barrel oil per day (BOPD) dan gas bumi 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD)," lanjut Airlangga.
Target tersebut, menurut Airlangga, adalah cita-cita bersama. Oleh sebab itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) diminta melakukan sejumlah langkah tertentu untuk merealisasikannya.
Dirinya menambahkan, kebutuhan terhadap insentif dan fasilitas, baik fiskal dan nonfiskal, juga perlu dibahas bersama dengan para pemangku kepentingan. Ini merujuk beberapa proyek, seperti proyek kilang gas alam cair (LNG) Masela di Maluku, yang mengalami kelambatan.
"Target tersebut sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara dan juga terhadap ekspor Indonesia. Sekarang ini ekspor Indonesia neracanya positif, namun neraca perdagangan migas secara bulanan negatif," imbuhnya. Airlangga pun menekankan pentingnya kolaborasi seluruh pihak yang terlibat guna mencapai target itu.
Sementara itu, G20 Bali Leader’s Declaration pada KTT G20 juga menghasilkan kesepakatan kerja sama para kepala negara di berbagai bidang, salah satunya transisi energi. Proyek kerja sama yang telah digagas, di antaranya, carbon capture, utilization and storage, serta carbon capture and storage (CCUS-CCS); capacity building program in renewable energy; climate finance leadership initiative; green hydrogen initiatives; dan climate investment fund.