close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Para pejabat Bank Indonesia ketika mengumumkan BI Rate di Jakarta. Antara Foto
icon caption
Para pejabat Bank Indonesia ketika mengumumkan BI Rate di Jakarta. Antara Foto
Bisnis
Kamis, 20 Desember 2018 15:36

Alasan Bank Indonesia pertahankan BI Rate 6%

Diperkirakan suku bunga 6% akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.
swipe

Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan atau BI7-days (reverse) repo rate pada level 6%. Ini dilakukan agar defisit transaksi berjalan berada di angka 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, Bank Indonesia ingin menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan tingkat suku bunga pada kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman. Juga upaya itu dilakukan untuk mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. Termasuk mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global selama beberapa bulan ke depan. 

“Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga turun menuju kisaran 2,5% PDB pada 2019,” kata Perry di Jakarta pada Kamis, (20/12). 

Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga 25 bps menjadi 6% pada November 2018 pihaknya sudah memperhitungkannya, kemudian kenaikan suku bunga itu dipertahankan pada Desember 2018 dan beberapa bulan ke depan. 

Lebih lanjut, kata dia, nilai tukar Rupiah saat ini juga telah bergerak sesuai dengan mekanisme pasar dan konsisten mendukung penyesuaian sektor eksternal. Diketahui, Rupiah pada November 2018 menguat sebesar 6,29% secara point to point dibandingkan level bulan sebelumnya.

Hal tersebut dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing yang cukup besar akibat dampak positif perekonomian domestik yang tetap kondusif. Juga karena ekskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang sempat mereda.

Pada Desember 2018, Rupiah mendapat tekanan yang dipengaruhi oleh kembali meningkatnya ketidakpastian global, serta meningkatnya permintaan valuta asing musiman untuk kebutuhan akhir tahun. 

“Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya. Caranya, dengan tetap mendorong berjalannya mekanisme pasar dan mendukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan," tutur Perry. 

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat ditopang permintaan domestik. Indikator ekonomi triwulan IV 2018 menunjukkan konsumsi swasta tetap kuat ditopang daya beli dan keyakinan konsumen yang terjaga serta dampak positif persiapan Pemilu.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 tetap baik yakni ada di kisaran 5,0-5,4%, ditopang oleh terjaganya permintaan domestik dan membaiknya ekspor neto.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan