Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya tetap mempertahankan kebijakan social distancing, meskipun menggerogoti keuangan perseroan.
Irfan menjelaskan, sejak awal peraturan social distancing diterapkan, dirinya mengakui keberatan dengan konsep tersebut. Pasalnya, di dalam pesawat telah ada high efficiency particulate air (HEPA) System yang berfungsi untuk menyaring udara.
"Masalahnya kenapa kami jalankan social distancing, karena ketidakpercayaan masyarakat untuk terbang sangat tinggi saat itu. Ini soal persepsi yang sedang kami bangun," kata Irfan dalam rapat dengar pendapat di DPR RI, Senin (21/6).
Dia melanjutkan, ketika Kementerian Perhubungan mengizinkan maskapai untuk duduk tidak berjarak, penumpang Garuda Indonesia tetap meminta agar maskapai pelat merah ini mempertahankan kebijakan seat distancing.
Pihaknya mengakui dan sangat sadar jika kebijakan ini akan menggerus pendapatan Garuda. Akan tetapi, dengan pertimbangan adanya social distancing, isi pesawat emiten berkode saham GIAA ini hanya 63%.
Sementara, jumlah rata-rata penumpang GIAA berada di angka 70%. Perbedaan yang tidak terlalu jauh ini membuat GIAA mengambil keputusan menjaga jarak kursi penumpang.
"Memang saat ini ketika jumlah penerbangan kami jauh berkurang, tuntutan tidak adanya jarak itu meningkat. Oleh karena itu, kami sediakan tiket eco lite bagi mereka yang bersedia duduk berdampingan, khususnya keluarga dan rombongan bisa mengambil tiket jenis itu dengan diskon 25%," tuturnya.
Lebih lanjut, untuk memperbaiki kondisi keuangan GIAA, Irfan menuturkan pihaknya tidak bisa lagi menaikkan harga tiket pesawat. Pasalnya, harga tiket GIAA merupakan yang tertinggi dan telah ada aturan tarif batas atasnya.