Komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak. Penyebabnya, komoditas hortikultura mengandung kadar air yang tinggi ketimbang komoditas pertanian lain, sehingga harus segera ditangani dengan baik.
Komoditas hortikultura ini memang tak tahan lama. Dengan demikian, harus dikonsumsi dengan segera. Sebenarnya, penundaan waktu kerusakan ini dapat dilakukan. Litbang Kementerian Pertanian memperkenalkan teknologi penyimpanan produk segar yang disebut In Store Controlled Room (ISCR).
Salah satu produk hortikultura di Indonesia yang saat panen mengalami kendala penyimpanan adalah bawang merah. Penyimpanan bawang merah di Indonesia sebagian besar masih menggunakan cara tradisional. Caranya, dengan dikeringkan secara tradisional, sehingga membutuhkan waktu lama.
Mengembangkan teknologi penyimpanan yang efisien memang dibutuhkan para petani agar dapat mengatur penjualannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan harga yang lebih menguntungkan. Sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani.
Sementara cara pengeringan memiliki kelemahan karena mampu mengurangi bobot dari komoditas tersebut. Walhasil, keuntungan petani juga akan berkurang. Seperti diketahui, harga jual petani diukur berdasarkan berat komoditas.
Keunggulan alat pertanian ini disebut Balitbang Kemtan mampu menyimpan produk segar hortikultura lebih tahan lama dan tanpa mengurangi bobot. Apabila terjadi panen raya dan harga anjlok, maka petani sanggup menyimpan produknya hingga tiga bulan.
Komoditas hortikultura pun dapat dijual pada saat harga normal. Petani juga tidak mengalami kerugian akibat menyusutnya produk hortikultura.
Seperti diketahui, harga sayuran pada umumnya lebih tinggi dibandingkan buah, padi atau palawijaya. Penyebabnya karena volume pasokan dan kebutuhan konsumen atas sayuran yang tinggi.
Genjot Produksi Bawang
Disisi lain, pemerintah terus berupaya memacu produksi bawang. Empat kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu tahun ini akan dijadikan pusat pengembangan tanaman bawang merah dan bawang putih.
Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong, Solahudin mengatakan luasan lahan yang akan dikembangkan mencapai 30 hektare (ha). Pembagiannya untuk pengembangan bawang merah sebesar 20 ha dan sekitar 10 ha bawang putih.
Kemtan akan bertindak sebagai penyiap lahan, serta kelompok tani yang akan menerimanya tersebar dalam empat kecamatan. Sedangkan yang akan menentukan kelompok mana saja yang akan menerimanya serta teknis penyaluran dilaksanakan oleh pihak provinsi.
Bantuan itu nantinya disalurkan melalui kelompok tani yang ada di empat kecamatan. Setiap kelompok tani itu nantinya mendapatkan jatah bibit bawang yang akan dikembangkan di atas lahan seluas 2 ha.
Sejauh ini, pengembangan tanaman bawang di daerah itu khususnya tanaman bawang merah dalam beberapa tahun terakhir dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun, kualitasnya masih belum bagus dibandingkan produksi daerah lainnya.
"Sedangkan untuk pengembangan tanaman bawang putih ini merupakan yang pertama kalinya sehingga kami belum tahu hasilnya. Kami berharap pengembangannya nanti bisa berhasil sehingga bisa diikuti petani lainnya," kata Solahudin seperti dikutip Antara.