Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bakal menggenjot pembangunan infrastruktur dalam lima tahun ke depan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain.
"Inilah yang sering saya bilang, kita terlalu jauh tertinggal. Ekstrem," katanya di Kawasan Kemayoran, Jakarta, Rabu (6/11).
Dia mengilustrasikan dalam kurun waktu 40 tahun sejak dibangunnya Tol Jagorawi, Indonesia hanya mampu membangun sepanjang 780 km jalan tol. Sedangkan Tiongkok mampu membnagun jalur tol sepanjang 280.000km.
Untuk itu, kata Jokowi, dalam lima tahun ke depan pemerintah akan membangun 5.000 kilometer (km) jalan tol.
"Alhamdulillah akhir tahun ini kita akan memiliki kurang lebih 1.500 km jalan tol dari masa pembangunan 5 tahun (lalu). Dan kita harapkan nanti 5 tahun ke depan berada pada angka 4.500 km sampai 5.000 km," ucapnya.
Lebih lanjut, Jokowi menuturkan, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia sudah mengalami perbaikan dari tahun ke tahun meski masih kalah dengan negara-negara kawasan seperti Singapura yang menduduki peringkat pertama dan Malaysia di peringkat kedua.
Dalam Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang dirilis World Economic Forum, skor daya saing Indonesia berada di level 67,7 poin dari skala 0-100 dan menempatkan Indonesia di posisi kelima di ASEAN dan peringkat 72 dari 141 negara yang disurvei.
"Tingkat infrastruktur naik 30 peringkat dibanding tahun 2010. Meski demikian, kita masih tertinggal. Lima tahun ke depan tetap menjadi prioritas pembangunan infrastruktur. Karena infra yang mendukung pemerataan pembangunan dan pemerataan ekonomi," ujarnya.
Untuk diketahui, saat ini panjang jalan tol pada jaringan Tol Jabodetabek mencapai 73 km, Trans Jawa 1.167 km, Trans Sumatera 2.770 km.
Hindari produk impor
Di sisi lain, Jokowi menegaskan pembangunan infrastruktur ke depan harus menggunakan material produksi dalam negeri. Hal ini untuk menghidupkan industri dalam negeri dan menyerap tenaga kerja Indonesia.
"Pembangunan infrastruktur harus menyerap produk dalam negeri. Saya ingatkan membangun infrastruktur jangan sampai pakai produk-produk impor," katanya.
Dia pun menuturkan, digunakannya material produksi dalam negeri akan menggerakkan industrialisasi sehingga dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan dapat menambal defisit transaksi berjalan (CAD) yang sedang terjadi.
"Kita sediakan berbagai macam kebutuhan dari dalam negeri. Sehingga konstruksi bisa (berkontribusi) menurunkan defisit neraca berjalan kita," ujarnya.
Dia pun berharap, dengan alokasi dana pembangunan infrastruktur sebesar Rp423 triliun di APBN 2020, pada tahun-tahun mendatang dapat membangun infrastruktur yang lebih banyak lagi guna mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara-negara jiran.
Untuk itu, lanjutnya, kuncinya berada pada manajemen sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian di bidang tertentu serta penguasaan dan penggunaan teknologi.
"Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan vokasi harus kita perbaiki. Link and match antara pendidikan dan dunia konstruksi harus disambungkan," ujar dia.