PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) yang merupakan anak perusahan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan menjadi perusahaan yang bergerak di bidang baterai dan percepatan elektrifikasi transportasi, menyepakati kerja sama dengan PT Tambang Nikel Sulteng (TNS) dalam upaya penyediaan pasokan bijih nikel. Kesepakatan ini tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur Utama VKTR Gilarsi W Setijono dan Direktur Utama TNS Ronny Tanusaputra, di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (19/7).
Dalam kerja sama tersebut menurut Gilarsi, TNS akan menjadi penyedia pasokan bijih nikel yang diperoleh dari proses penambangan ramah lingkungan kepada VKTR. Selanjutnya bijih nikel tersebut akan diolah oleh perusahaan patungan (joint venture company) antara VKTR dan pihak lainnya. Pada perusahaan patungan tersebut, TNS juga nantinya berpeluang untuk memiliki saham di dalam perusahaan patungan itu.
“Saat ini VKTR terus berupaya untuk mengambil peran dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air, mengingat Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 25% dari seluruh cadangan dunia,” kata Gilarsi pada keterangan tertulis resminya, Rabu (20/7).
Salah satu bukti VKTR telah ikut andil dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia yaitu, di awal 2022, perseroan telah bekerja sama dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dan PT Mayasari Bakti untuk membuat 30 unti bus listrik VKTR-BYD yang hadir menjadi bagian armada Transjakarta. Kendaraan ini pun telah mengaspal di jalanan ibu kota sebagai transportasi umum. Ke depan, perseroan berencana memperluas jangkauan produk VKTR ke wilayah lain di Indonesia.
Berkaitan dengan hilirisasi industri nikel, Gilarsi menilai Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam bidang produksi baterai lithium. Dengan begitu, akan meningkatkan nilai tambah ekonomi secara signifikan.
Gilarsi juga mengatakan, pemerintah di tahun ini menargetkan produksi olahan nikel tembus di angka 2,58 juta ton. Angka ini akan dicapai dari produksi Feronikel sebesar 1,66 juta ton, Nickel Pig Iron 831.000 ton, dan Nickel Matte 82.900 ton.
“Kami berharap dalam lima tahun ke depan produksi nikel dalam negeri bisa terus meningkat secara sustainable. Mengingat melimpahnya cadangan nikel di Indonesia,” lanjut Gilarsi.
Gilarsi menambahkan, umur cadangan bijih nikel Indonesia dapat mencapai 73 tahun untuk jenis bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5% atau bijih nikel limonit. Asumsi umur cadangan tersebut berasal dari jumlah cadangan bijih nikel limonit mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan di dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun.
Sementara untuk bijih nikel kadar tinggi di atas 1,5% atau nikel saprolit, umur cadangannya disebutkan hanya cukup untuk sekitar 27 tahun ke depan. Hitungan ini berdasarkan asumsi jumlah bijih saprolit sebesar 2,6 miliar ton dan kapasitas kebutuhan biji untuk smelter dalam negeri mencapai 95,5 juta ton per tahun.
“Dengan kecukupan cadangan nikel di Tanah Air, serta dukungan policy yang proterhadap sustainable industry, kita semua optimistis Indonesia akan bisa menjadi pemain global yang dominan ke depannya,” pungkas Gilarsi.