Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Firnando Ganinduto mengingatkan pemerintah untuk bergerak cepat secara efisien dan strategis dalam mengantisipasi kebijakan impor timbal balik (reciprocal tariffs) Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia sebesar 32%. Pasalnya, jika dibiarkan berlarut, sektor industri dalam negeri akan dihantam berbagai masalah sehingga dikhawatirkan tidak mampu bertahan.
“Pemerintah harus segera membuat sesuatu gebrakan melindungi industri Indonesia yang biasa diekspor. Apalagi, Amerika merupakan tujuan utama ekspor selain Cina dan Jepang. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan, tarif ekspor sebesar 32% terlalu memberatkan,” tutur Firnando, Selasa (8/4).
Baginya, penerapan kebijakan tarif perdagangan terbaru terhadap negara-negara mitra dagang ini bakal membuat keadaan dunia makin terpuruk. Salah satu yang akan langsung terdampak ialah industri garmen.
"Dampaknya pasti besar, waktu itu saya pernah bilang dengan Menteri Perdagangan kalau tarif masuk ke Amerika itu tidak boleh tinggi-tinggi, karena garmen kita lumayan banyak kirim ke sana. Penurunan ekspor dari 2023 ke 2024 berada di kisaran 8%, Indonesia harus mampu untuk mengerek persentase ini untuk naik positif," tutur Politisi Fraksi Partai Golkar itu.
Di sisi lain, Firnando menilai ekspor barang industri ke Amerika Serikat perlu tetap diupayakan sebab populasi penduduk di Amerika Serikat berada di urutan ketiga terbesar di dunia. Menurutnya, jika pangsa pasarnya besar maka potensi daya belinya juga besar sehingga tidak semestinya ditinggalkan.
“Jika pemerintah tidak berhasil menegosiasikan tarif impor timbal balik dengan Amerika Serikat, maka opsi lain tentunya melihat peluang untuk relokasi industri ke negara lain yang lebih aman dari kebijakan.” imbuhnya.
Dia bilang, Indonesia harus mampu merawat hubungan ekspor ke Amerika dengan lebih baik supaya bisa terus berjalan bahkan lebih tinggi lagi volumenya. "Karena 1% hingga 2% saja sudah sangat berarti sekali untuk pelaku usaha ekspor,” tandas Firnando.