

Anomali, investasi naik tapi penyerapan tenaga kerja malah turun

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka belum mampu menggenjot penciptaan lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja dari realiasi investasi pada kuartal IV-2024 hanya mencapai 580.916 orang atau turun 10,65% ketimbang kuartal III-2024 yang sebesar 650.172 orang. Hilirisasi masih menjadi andalan pemerintah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Padahal, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada periode Oktober-Desember 2024 mencapai Rp452,8 triliun atau naik 4,9% secara quarter on quarter (qoq). Dibandingkan dari tahun sebelumnya, angka tersebut mengalami peningkatan 23,8%.
Realisasi investasi itu terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp207 triliun atau 45,7% dan Penanaman Modal Asing (PMA) Rp245,8 triliun atau 54,3% dari total realisasi investasi di kuartal IV-2024.
"Lapangan pekerjaan yang diciptakan secara kuartal turun, tapi keseluruhan tahun naik dengan angka yang baik," ujar Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani, dalam akun Youtube @KemenInvestasiHilirisasiBKPM, dikutip Sabtu (1/2).
Rosan mengaku terdapat tantangan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Namun dia optimistis, penyerapan tenaga kerja akan meningkat didukung oleh naiknya realisasi investasi di sektor manufaktur.
PMA di sektor manufaktur pada setiap kuartal mengalami tren kenaikan. Pada kuartal I-2024, angkanya mencapai Rp112,6 triliun. Kemudian, pada kuartal II mencapai Rp129,7 triliun, kuartal III sebesar Rp126,1 triliun, dan kuartal IV mencapai Rp158,7 triliun.
"Diharapkan kontribusi asing untuk manufaktur akan meningkat," tuturnya.
Strategi penyerapan tenaga kerja
Meski secara kuartalan turun, namun penyerapan tenaga kerja Indonesia sepanjang tahun 2024 naik menjadi 2.456.130 orang. Jika dibandingkan dengan 2020 yang hanya 1.156.361 orang, kenaikannya mencapai di atas 100%. Penciptaan tenaga kerja juga naik ketimbang 2023 yang sebanyak 1.823.543 orang.
Kenaikan tersebut seiring dengan meningkatnya invetasi asing yang masuk. Pada periode Januari-Desember 2024, PMA mencapai Rp900,2 triliun, sedangkan PMDN tercatat Rp814 triliun.
"Berdasarkan sektor, PMA lebih banyak masuk ke manufaktur, adapun PMDN lebih ke infrastruktur dan jasa," tutur Rosan.
Berdasarkan sektor, mayoritas PMA masuk ke sektor manufaktur sebesar Rp527 triliun atau mencapai 58,5% dari total investasi PMA. Disusul sektor infrastruktur dan jasa sebesar Rp263,5 triliun, dan primer Rp109,8 triliun.
Menurut Roslan, sektor manufaktur menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar karena terdiri dari industri barang dari kulit dan alas kaki; industri karet dan plastik; industri kayu; industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain; industri kertas dan percetakan; industri kimia dan farmasi; industri lainnya; industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya; industri makanan, industri mineral nonlogam; industri tekstil; serta industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, dan peralatan listrik.
Roslan yakin penciptaan lapangan pekerjaan tahun ini akan meningkat ditopang oleh realisasi investasi yang ditargetkan bisa mencapai Rp1.905 triliun, sehingga pertumbuhan ekonomi mampu menyentuh angka 5,3%.
Menurutnya, peluang untuk menarik investasi sangat besar. Dia menghitung, PMA yang masuk ke ASEAN pada 2024 angkanya naik menjadi US$240 miliar dibandingkan 2023 yang sebesar US$230 miliar. Dari total tersebut, yang masuk ke Indonesia hampir mencapai 14% hingga 15%.
"Kontribusi Indonesia terhadap perekonomian ASEAN mencapai 40%. Kalau berbanding lurus, kita masih punya ruang untuk menarik investasi yang lebih besar ke Indonesia," katanya.
Selain itu, tahun ini pemerintah masih akan fokus menggenjot hilirisasi di berbagai sektor. Roslan mengatakan hilirisasi akan berujung pada industrialisasi yang mampu meningkatkan lapangan pekerjaan.
Hilirisasi juga memiliki keuntungan karena menggenjot ekspor dan meningkatkan SDM melalui transfer pengetahuan teknologi dari negara investor.
"Penyerapan tenaga kerja tantangannya harus meningkatkan kemampuan SDM (sumber daya manusia) kita. Dengan adanya AI (kecerdasan buatan), lapangan kerja akan lebih banyak digantikan robot, jadi skill tenaga kerja harus ditingkatkan. Pada saat investor ini ingin investasi di Indonesia, salah satu yang ditanyakan oleh mereka adalah talent, apakah SDM-nya sudah siap atau tidak, ada berapa banyak?" sambungnya.
Pemerintah juga akan memberikan iming-iming diskon pajak, seperti tax allowance atau tax holiday bagi investor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
"Mungkin dari segi nilai investasi tidak besar, tapi bisa menciptakan lapangan kerja yang tinggi, bisa dapat insentif. Ini sedang kami bicarakan ke Kementerian Keuangan sehingga dapat menciptakan investasi yang menyerap banyak tenaga kerja," lanjutnya.
Sementara itu, studi evaluasi kinerja kabinet Prabowo-Gibran pada 100 hari pemerintahan yang dilakukan Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kebijakan investasi dan hilirisasi belum maksimal karena masih fokus pada sektor ekstraktif yang memiliki nilai tambah semu bagi perekonomian.
Studi Celios menggunakan survei berbasis expert judgment. Panelis terdiri dari 95 jurnalis dari 44 lembaga pers kredibel yang memiliki wawasan mendalam tentang kinerja pemerintah. Para jurnalis dipilih karena mereka memiliki akses langsung dan kemampuan untuk mengamati kinerja pejabat publik secara rutin, serta menganalisis hasil dari kebijakan dan program pemerintah.
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kinerja tim ekonomi belum memuaskan membuka jalan perombakan total.
“Indikator ekonomi seperti tren meningkatnya imbal hasil surat utang pemerintah dengan performa yang memburuk dibanding negara lain di kawasan, performa IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang turun 5,82% dalam tiga bulan terakhir, PHK (pemutusan hubungan kerja) di sektor padat karya, dan pelemahan daya beli yang berlanjut jadi rapor merah tim ekonomi Prabowo,” Kata Bhima.


Berita Terkait
Beban berat industri karena premanisme
Bisnis pergudangan semakin menggeliat
Hilirisasi tembaga, potensi atau beban ekonomi?
Penyebab Apple pikir-pikir investasi di Indonesia

