Apkasi Ekspo 2019: Saat Pemkab rayu investor
Terletak di sisi samping ruang pamer Hall B dan persis menghadap panggung utama pentas seni dan budaya, stan Kabupaten Ngawi terlihat mencolok dibandingkan dengan stan-stan lainnya yang mengikuti ajang Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) Otonomi Expo 2019, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta.
Dekorasi stannya terkesan unik. Tujuh pilar putih yang menopang satu gading gajah emas di puncaknya, terlihat berputar-putar di atas stan tersebut dengan penggerak otomatis.
“Itu adalah ikon baru Kabupaten Ngawi,” kata Kepala Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perdagangan Kabupaten Ngawi Yusuf Rosyadi, Rabu (3/7).
Selain itu, sebagai pembatas antar satu stan dengan yang lainnya, di empat sisinya berdiri pohon sebesar rangkulan pria dewasa, dengan dahan-dahan kering dan ranting yang menjalar. Di dalamnya produk-produk unggulan yang dipamerkan Kabupaten Ngawi tertata.
“Konsepnya kami ingin menghadirkan Ngawi yang nyata. Karena dari sisi mana pun Ngawi potensi kayu jatinya banyak,” ujar Yusuf.
Yusuf menjelaskan, produk olahan kayu jati yang dimiliki oleh Kabupaten Ngawi memiliki kualitas yang baik. Bahkan, katanya, sebanyak 28 negara telah menjadi pangsa pasar produk berbahan kayu jati tersebut.
“Paling banyak pasarnya datang dari Australia, Jerman, dan Belanda,” ujarnya.
Ia mengatakan, produk yang dipasarkan bentuknya bermacam-macam. Mulai dari furniture rumah tangga, kerajinan tangan, hingga produk seni pahat.
“Tergantung permintaannya apa. Kita bisa bikinkan. Tapi sampai sekarang yang paling banyak diminati adalah furniture,” ucapnya.
Selain menyasar pasar mancanegara, produk olahan Ngawi, kata Yusuf, juga diminati oleh pasar lokal. Bandung, ujarnya, menjadi salah satu daerah yang menggunakan produk olahan jati Ngawi sebagai penunjang sektor wisatanya.
“Rumah Teletubbies yang ada di Bandung itu pesannya dari kita yang buat,” tuturnya.
Tak hanya jati, Ngawi juga memiliki berbagai produk unggulan lainnya. Batik tulis, olahan jambu biji, olahan tempe, anyaman tas plastik, hingga berbagai varian beras menjadi produk yang akan dikemas untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Kita juga coba mengembangkan produk organik, seperti beras hitam, beras merah, bahkan ada beras merah-putih. Berasnya setengah merah dan setengah putih,” katanya.
Sementara dari sektor wisata Ngawi memiliki wisata alam yang baik. Utamanya untuk air terjun. Kata Yusuf, ada empat air terjun yang banyak dikunjungi wisatawan saat ini yaitu air terjun Srambang, Teleng, Pengantin, dan Suwono.
Yusuf mengklaim Air Terjun Teleng tersebut mendapatkan posisi satu destinasi air terjun terbaik secara nasional. Namun, dia tidak menjelaskan sumbernya.
“Yang paling banyak dikunjungi wisatawan itu air terjun Teleng. Kemarin itu Tahun 2018 secara nasional nomor satu,” ujarnya.
Keunikan air terjun tersebut katanya, karena pemerintah kabupaten telah mengonsep kawasan sekitar tidak hanya menjadi wisata alam air terjun, tetapi juga membangun water park sebagai fasilitas tambahannya.
“Lokasi wisata itu kita desain selain air terjun juga ada water park-nya. Terus kemudian ada taman sejuta bunga. Kemasannya yang dipercantik,” terangnya.
Yusuf berharap, dengan mengikuti ajang pameran ini dapat menarik minat investor untuk dapat mengembangkan daerah wisata dan mendorong produk-produk unggulan Ngawi agar diminati lebih banyak wisatawan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Kami ingin menyampaikan kepada investor, ini lho Ngawi sudah mulai naik secara nasional, cuma faktor pendukungnya kan belum. Makanya investor kita persilakan. Hotelnya belum. Kita sangat terbuka (untuk investor),” tuturnya.
Jika dilihat dari dekorasi stannya dan ornamen-ornamen pendukungnya, Ngawi memang terlihat mencolok dan unik. Entah bagi investor.
Jembatan kuning Klungkung
Melongok stan Kabupaten Klungkung, Bali, tak kalah unik. Sebuah miniatur jembatan berwarna kuning terpasang di langit-langit stan berukuran 3x3 meter persegi tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung, Sukasta, jembatan kuning tersebut adalah urat nadi perekonomian di kawasan Nusa Penida, yang menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Ceningan dan Pulau Lembongan.
“Untuk daerah Nusa Penida memang jembatan kuning menjadi ciri khas. Karena dia menyambungkan antara dua pulau dan merupakan urat nadi perekonomian pulau tersebut,” katanya
Sukasta mengatakan, sektor pariwisata masih menjadi produk unggulan dari Kabupaten Klungkung. Sebagai daerah pesisir, Kabupaten Klungkung menyimpan banyak destinasi wisata bahari dengan pulau-pulaunya yang cantik.
“Produk unggulan masih tema pariwisata terutama Nusa Penida. Apalagi Pulau Kelingking mendapat destinasi nomor dua terbaik di Asia Tenggara. Oleh karena itu sektor pariwisata masih menjadi produk unggulan kita,” ujarnya.
Dia menjelaskan setiap harinya tak kurang dari 4.000 hingga 5.000 wisatawan datang ke Nusa Penida.
“Kalau sebulan bisa 120.000-an. Sebagian besar datang dari mancanegara, utamanya China, terus baru Eropa,” ucapnya.
Berbagai strategi pun dilakukan oleh dinas pariwisata Klungkung untuk menggaet wisatawan lebih banyak. Sejumlah festival diselenggarakan, mulai dari festival surfing dan festival seni dan budaya.
“Kita sudah melakukan kegiatan festival, festival Nusa Penida dan festival Semarapura,” ucapnya.
Hanya saja, katanya, Kabupaten Klungkung masih kekurangan investor untuk mengembangkan sektor pariwisata lebih jauh. Ia mengatakan, investor yang datang selama ini masih kurang serius.
“Kita juga menarget investor masuk di sektor pariwisata. Yang penting benar-benar investor. Karena selama ini keseriusan investor belum ada. Ada yang datang hanya sekali setelah itu tidak muncul lagi,” ujarnya.
Apkasi Otonomi Expo 2019 akan berlangsung dari tanggal 3-5 Juli 2019. Sejumlah produk unggulan dari masing-masing kabupaten dihadirkan. Tujuannya adalah untuk mempercepat meningkatkan perekonomian daerah.
Expo tersebut telah dibuka secara resmi oleh Menko Polhukam, Wiranto, mewakili Presiden RI. #apkasi #apkasiexpo #apkasiexpo2019 pic.twitter.com/y9TvoznW0O
— Tansah Sinau Roso (@siwisiwsiw) July 3, 2019