Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyampaikan, secara total, kekurangan Biosolar mencapai sebesar 10% dari kebutuhan, sehingga berdampak pada terjadinya kelangkaan.
Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung mengatakan, hal itu seiring dengan naiknya pertumbuhan ekonomi sekitar 5%, yang kemudian berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat dan aktivitas usaha. Sehingga permintaan pada solar juga turut mengalami peningkatan.
"Dapat saya katakan bahwa secara total terjadi kekurangan Biosolar tersebut mencapai 10%. Inilah pengakibat kelangkaan tersebut," ungkapnya kepada Alinea.id, Selasa (29/3).
Namun, dia menjelaskan, belum ada kekurangan persentase bauran minyak sawit 30% untuk kebutuhan biodiesel. Artinya program biodiesel 30% (B30) masih berjalan dengan lancar dan berlanjut.
"Persepsi banyak orang yang mengatakan bahwa karena B30 minyak goreng langka sama sekali tidak berdasar. Dan sekarang banyak pengamat mengatakan karena untuk kebutuhan minyak goreng maka CPO berkurang stok untuk B30," jelasnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan jika Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut, kelangkaan solar subsidi terjadi karena meningkatnya permintaan masyarakat, yang disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI.
"Namun di sisi lain kuota Solar subsidi pada 2022 ini dipangkas dibandingkan tahun lalu. Nicke menyebut kuota Solar subsidi pada 2022 ini turun 5% dibandingkan 2021," jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim tidak ada masalah ketersediaan biodiesel di lapangan, berdasarkan pemantauan yang pihaknya lakukan.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana
"Untuk penyediaan biodiesel, dalam pantauan kami tidak ada masalah di lapangan," ungkapnya singkat kepada Alinea.id, Senin (28/3).