Pemerintah Argentina mengumumkan penutupan Trenes Argentinos Capital Humano (DECAHF) pada Selasa (1/10). Penutupan perusahaan kereta api milik negara ini akan mengakibatkan hampir 1.400 orang kehilangan pekerjaan.
Keputusan tersebut sejalan dengan langkah-langkah pemangkasan biaya Presiden Javier Milei yang bertujuan untuk mengurangi pengeluaran publik.
Manuel Adorni, juru bicara kepresidenan, mengungkapkan perkiraan penghematan tahunan dari penutupan ini. Pemerintah mengantisipasi penghematan sebesar 42 miliar peso, setara dengan Rp656 miliar.
Adorni menekankan bahwa langkah ini mencerminkan mandat yang diberikan kepada Presiden Milei oleh para pemilih Argentina pada tahun 2023. Dari total tenaga kerja, 1.388 pekerja kehilangan pekerjaan secara langsung.
Namun, 423 karyawan akan dipindahkan ke Ferrocarriles Argentinos Sociedad del Estado (FASE). Realokasi sebagian ini bertujuan untuk meminimalkan dampak pada operasi kereta api.
Pejabat pemerintah mengklaim struktur DECAHF telah membengkak, menduplikasi tugas yang telah dilakukan oleh badan perkeretaapian negara bagian lainnya.
Franco Mogetta, Sekretaris Transportasi, membela keputusan tersebut sebagai langkah yang diperlukan untuk mengurangi defisit negara bagian.
Pemerintah menuduh DECAHF menghabiskan US$180 juta untuk proyek-proyek yang meragukan di bawah pemerintahan sebelumnya.
Pengeluaran ini dilaporkan termasuk instalasi seni di stasiun kereta api dan kontrak dengan seniman populer.
Pemerintahan Milei telah menerapkan langkah-langkah penghematan yang meluas sejak menjabat pada Desember 2023.
Lebih dari 33.000 pegawai negeri telah kehilangan pekerjaan mereka dalam sepuluh bulan terakhir. Situasi ekonomi Argentina masih buruk, dengan inflasi mencapai 236,7% per tahun hingga Agustus 2024.
Dana Moneter Internasional telah merevisi perkiraan ekonominya untuk Argentina, kini memperkirakan kontraksi 2,8% pada tahun 2024, bukan pertumbuhan 2,8% seperti yang diproyeksikan sebelumnya.
Pembalikan ini menyoroti dampak signifikan kebijakan Milei terhadap prospek ekonomi negara tersebut. Opini publik masih terbagi atas pendekatan pemerintah terhadap reformasi fiskal.
Para pendukung memandang langkah-langkah ini sebagai hal yang diperlukan untuk mengatasi masalah ekonomi yang sudah berlangsung lama, sementara para kritikus berpendapat bahwa pemotongan tersebut secara tidak proporsional memengaruhi pekerja dan layanan penting.
Perdebatan terus berlanjut saat Argentina bergulat dengan tantangan ekonominya.