Pengamat pasar modal D'ORIGIN Louisa Rahardjo dalam kajiannya mengatakan, indeks komposit di Jakarta dan pasar Asia rebound pada Jumat (25/2). Hal ini menyusul comeback besar-besaran di Wall Street.
Situasi ini tentunya akan menguntungkan beberapa komoditas di Asia, pascaadanya rebound di tengah konflik Ukraina dan Rusia. Namun, ekuitas berjangka AS tetap di bawah tekanan.
“Pasar Asia rebound pada Jumat ini. Menyusul kebangkitan besar-besaran di Wall Street dengan investor menilai dampak jangka panjang dari sanksi keras Barat terhadap Rusia setelahnya," pungkas Louisa, dalam penjelasan risetnya, Jumat (25/2).
Pada sesi pertama tadi, Jakarta Composite Index (IHSG), naik 62.465 poin (0,916%) menjadi 6.880.285. LQ45 naik 0,95% menjadi 982,903. Ada 14,205 miliar saham yang diperdagangkan senilai Rp8,516 triliun, termasuk transaksi Rp372 miliar di pasar negosiasi. 339 saham naik sementara 196 turun dan 132 tidak berubah. Investor asing membeli bersih Rp218,67 miliar di pasar reguler.
Louisa menjelaskan perang Rusia dengan Ukraina ini bukan hanya memberikan dampak panjang, namun juga menyebabkan negara-negara Barat melipatgandakan startegi untuk berupaya menghambat kemampuan Rusia melakukan bisnis. Serta berupaya keras menjaga stabilitas perekonomian, salah satu caranya dengan membekukan aset bank dan memotong perusahaan milik negara. Mengingat dampak dari peperangan dapat mengganggu perekonomian secara global.
“Mereka berhenti Rusia dari sistem perbankan internasional SWIFT atau menargetkan ekspor minyak dan gasnya, yang menurut beberapa analis telah membantu pasar untuk pulih kedepannya," ucapnya.
Bukan hanya itu, kata dia, perang di Ukraina mengancam gangguan lebih lanjut terhadap rantai pasok komoditas yang sudah membentang. Sehingga harga komoditas itu memicu khawatir rantai pasok secara global.
Adapun komoditas tersebut antara lain, minyak, emas, nikel dan aluminium.
“Harga minyak naik karena invasi Rusia ke Ukraina memicu kekhawatiran pasokan global. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik $2,11, atau 2,27%, menjadi $94,92 per barel, sementara minyak mentah Brent naik $2,22, atau 2,24%, menjadi $101,30. Harga gas alam Eropa melonjak hampir 70%," jelas dia.
Louisa mengatakan, emas turun pada Jumat di Asia setelah sesi roller-coaster sehari sebelumnya, dengan investor terus menilai situasi Rusia-Ukraina dan sanksi Barat lebih lanjut terhadap Rusia.
Harga aluminium dan nikel mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu dekade pada Kamis (24/2), setelah produsen utama Rusia melancarkan serangan militer ke negara tetangga Ukraina.
Namun demikian, untuk imbal hasil pada treasury Amerika Serikat pada waktu 10 tahun lalu berada di 1,95% setelah penurunan awal menjadi 1,84% pada Kamis, penurunan harian terbesar sejak akhir November.