PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Go-Jek) membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) yang bergerak di bisnis penyewaan kendaraan bagi mitra pengemudi Go-Car. Untuk mendirikan perusahaan patungan ini, Astra menanamkan investasi senilai US$100juta.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk. Prijono Sugiarto perusahaan patungan Astra dan Go-Jek ini nantinya akan menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan operasional kendaraan yang didukung oleh Astra FMS (Fleet Management System) dan teknologi ride hailing pada aplikasi Go-Jek, khususnya layanan Go-Car.
Perusahaan ini juga akan memberikan kesempatan kepada mitra untuk memberikan layanan transportasi online pintu ke pintu dengan kualitas prima kepada pelanggan sekaligus meraih pendapatan yang layak melalui layanan Go-Car.
"Kami berharap kerjasama ini dapat membantu masyarakat luas masuk ke sektor ekonomi formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Prijono dalam keterangan resmi kepada Alinea.id, Senin (4/3).
Menurut Prijono, mengatakan investasi senilai US$100 juta tersebut merupakan bagian dari ronde pendanaan Seri F ke Go-Jek yang masih berjalan hingga saat ini. Pada Februari 2018, Astra telah menyuntikakan dana US$150 juta kepada Go-Jek. Dengan demikian, Astra telah menyertakan modal senilai US$250 juta ke Go-Jek.
Sementara, Chief Executive Officer dan Founder Go-Jek Nadiem Makarim mengatakan potensi perekonomian digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, harus dimaksimalkan oleh para pelaku bisnis dengan menggabungkan kekuatan di masing-masing industri.
Dia berharap kemitraan strategis antara Astra dan Go-Jek dapat memaksimalkan potensi Indonesia sebagai pelopor ekonomi digital yang terdepan di kawasan Asia Tenggara.
"Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan Go-Jek di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan," ujar Nadiem.
Saat ini Indonesia tercatat memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi digital paling pesat di Asia Tenggara. Dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sebesar 49% pada periode tahun 2015-2018, sektor ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 100 miliar pada tahun 2025 dari US$ 27 miliar pada tahun 2018.