Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan Menteri Keuangan telah menyepakati target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 berada di titik 5,0% dalam postur sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.
"Asumsi makro dalam APBN 2021 adalah pertumbuhan ekonomi dari rentang 4,5%-5,5% 2021 telah ditetapkan titiknya di 5,0%," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam video conference, Jumat (11/9).
Titik 5,0% tersebut sebagai wujud dari harapan pemerintah menghadapi tantangan di 2021, namun tetap dengan mengedepankan kehati-hatian, mengingat ketidakpastian yang masih membayangi perekonomian akibat pandemi Covid-19.
"Dengan perkembangan Covid-19 ketidakpastian meningkat di 2020 dan mungkin akan masih berlangsung di 2021. Kami tetap harus waspada dan tidak kehilangan fokus dalam menghadapi masalah," ujarnya.
Adapun, asumsi makro lainnya yang disepakati dalam postur sementara APBN 2021 adalah tingkat inflasi sebesar 3%, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp14.600, dan tingkat suku bunga SBN 10 tahun 7,29%.
Sedangkan harga minyak mentah Indonesia (ICP) ditetapkan US$45 per barel, lifting minyak dipatok 705 barel per hari, lifting gas 1.007 barel per hari, semuanya sesuai dengan RUU yang disampaikan Presiden Jokowi pada Agustus.
"Yang berubah adalah cost recovery yang menurun dari US$8,5 miliar menjadi US$8 miliar, jadi turun US$500 juta," ujarnya.
Selain itu, untuk target-target pembangunan telah disepakati bahwa tingkat pengangguran akan berada kisaran 7,5%-9,1%, sedangkan tingkat kemiskinan di kisaran 9,2%-9,7%.
Sementara itu, gini ratio ditetapkan dalam interval 0,377-0,379 dan indeks pembangunan manusia (IPM) di rentang 72,78-72,95.
"Untuk dua sasaran pembangunan yang juga diminta DPR yaitu nilai tukar petani (NTP) 102 dan nilai tukar nelayan (NTN) 104. Ini jadi basis asumsi kami untuk menghitung APBN 2021 dan beberapa target pembangunan," ucapnya.