Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan konsorsium Hyundai dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI).
Konsorsium Hyundai bekerja sama dengan IBI akan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik dengan total nilai investasi kurang lebih US$1,1 miliar dengan rencana penyerapan tenaga kerja sekitar 1.000 orang.
Kerja sama investasi ini merupakan salah satu tahap dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai US$9,8 miliar.
Konsorsium Hyundai sendiri terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution.
“Izinkan saya sampaikan agar dalam implementasinya, sesuai dengan undang-undang, berkolaborasi dengan pengusaha nasional, dan UMKM (usaha mikro kecil menengah). Ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah saat ini. Kami akan kawal dari awal sampai akhir investasi untuk baterai sel ini,” kata Bahlil dalam sambutannya, Kamis (29/7).
Bahlil mengakui perjanjian kerja sama ini terealisasi dengan proses dan negosiasi yang panjang sehingga dapat menguntungkan semua pihak.
Proyek investasi sel baterai ini merupakan salah satu langkah pemerintah untuk mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia secara keseluruhan dari hulu sampai dengan hilir.
Dalam kesempatan ini, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Park Taesung menuturkan kerja sama investasi mobil listrik dan baterai ini akan menjadi kontributor yang secara inovatif menjalankan perekonomian yang lebih berorientasi pada lingkungan, teknologi, dan ekspor.
“Saya sebagai Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia akan menggerakkan segala dukungan agar kerja sama ini menjadi salah satu kerja sama yang sukses dan terbaik antara Korea dan Indonesia,” ujar Park.
Sedangkan, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi menyampaikan terjalinnya kerja sama ini merupakan wujud komitmen kedua negara, meskipun masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Dalam kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan, proyek ini termasuk sangat strategis dan bersejarah karena membantu transformasi Indonesia menuju negara dengan industri yang kuat dan maju. Tentunya betul-betul mengalihkan bisnis ekstraksi menjadi manufaktur yang lebih bernilai tambah,” ucap Umar.
Seiring dengan perkembangannya, terlihat komitmen Hyundai tidak saja fokus pada pembuatan kendaraan konvensional, namun juga menjadikan Indonesia salah satu pusat pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai.
Konsorsium Hyundai rencananya akan membentuk joint venture (JV) dengan IBI selaku holding BUMN Baterai yang merupakan gabungan dari empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina, MIND ID, dan PT Aneka Tambang (Antam).
Adapun kerja sama investasi ini ditargetkan segera groundbreaking pada tahun ini. Fasilitas sel baterai ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.