close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.
Bisnis
Jumat, 29 Januari 2021 06:03

Bahu-membahu gotong UMKM ke pasar online

Gerakan Bangga Buatan Indonesia mendorong UMKM naik kelas lewat panggung digitalisasi.
swipe

Yusuf (27) sangat menyukai produk-produk karya Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM). Ia terbiasa membeli baju batik hingga makanan melalui toko offline. Namun, semenjak Covid-19 melanda Indonesia, pegawai kementerian ini mengubah pola belanjanya. Marketplace menjadi tempat andalannya untuk belanja kebutuhan harian hingga perlengkapan sandang.

“Selain itu juga karena ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), jadi enggak bisa ke mana-mana. Mal juga lebih cepat tutupnya,” katanya kepada Alinea.id, Minggu (24/1).

Bahkan, saat ini dia merasa ketagihan berbelanja di marketplace. Alasannya tak lepas dari banyaknya promosi dan kemudahan yang ditawarkan oleh platform-platform digital tersebut.
“Banyak keuntungannya, ada cashback-cashback. Lumayan banget sih,” ujarnya.

Dorong UMKM naik kelas

Sejak Mei 2020, pemerintah giat mengampanyekan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) demi mendorong UMKM bisa naik kelas. Kampanye ini, menurut Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki adalah salah satu upaya pemerintah untuk membantu UMKM bertahan di tengah pandemi.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 271,34 juta jiwa, dia optimistis, omzet penjualan UMKM akan tetap meningkat di tengah daya beli masyarakat yang tergerus akibat dampak pandemi.

“Jika kita semua membeli kebutuhan sehari-hari menggunakan produk Indonesia, itu bisa membuat UMKM kita bertahan di tengah pandemi,” ujar Teten pada peluncuran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (11/1).

Sejalan dengan itu, pemerintah juga tengah mendorong transformasi UMKM menuju go digital. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan para pelaku UMKM ke dalam berbagai platform online atau marketplace.

Teten mengatakan, banyak produk-produk UMKM nasional yang memiliki potensi besar merambah pasar global. Sebut saja UMKM yang memproduksi home decor, kriya, makanan dan minuman, dan masih banyak lagi.

Kepala Koordinator Pengembangan dan Fasilitasi Platform Perdagangan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Puthi Adelia Elvina menambahkan saat ini jumlah UMKM yang telah merambah ke platform digital sudah ada sekitar 10,26 juta pelaku usaha. Angka itu berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM).

Ilustrasi belanja online. Pexels.com.

Pemerintah menargetkan 30 juta pelaku UMKM dapat bergabung dengan marketplace hingga 2024 nanti. “Setiap tahunnya mengalami kenaikan. Tapi data per kementerian/lembaga (K/L) berbeda-beda,” ujar dia kepada Alinea.id, Selasa (26/1).

Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengaku, saat ini penjualan produk UMKM semakin tinggi. Ini seiring dengan bertambahnya pelaku usaha kecil yang hijrah ke pasar digital.

Ditambah lagi, gernas BBI turut berkontribusi meningkatkan pasar produk usaha kecil.
Ada tiga hal yang dilakukan Kemendag untuk mendukung gernas BBI ini. Yakni, meningkatkan kapasitas pelaku usaha.

Caranya dengan upgrade kemampuan sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola keuangan hingga memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk. Lalu, memperluas akses pasar, serta terakhir memberikan akses pembiayaan.

“Akses pasar ini yang penting bagi temen-temen UMKM. Jadi akses pasar kami bicarakan dengan ritel, dengan perhotelan dan online,” tutur dia kepada Alinea.id melalui sambungan telepon, Senin (25/1).

Peran penting marketplace

Menyambung Syailendra, Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menegaskan, transformasi digital dengan membuka pasar di platform online menjadi keniscayaan. Pasalnya, perilaku konsumen sudah mengalami perubahan menyusul perkembangan teknologi. Belum lagi pandemi Covid-19 yang telah menjalar ke seluruh dunia mempercepat perubahan perilaku konsumen tersebut.

Bahkan, menurutnya pengertian pasar saat ini pun telah berubah. Bukan lagi tempat penjual dan pembeli bertemu secara fisik. Kini, penjual dan pembeli dapat melakukan transaksi di mana saja dan kapan saja melalui jaringan internet.

Dengan demikian, pelaku usaha yang dapat bertahan saat ini adalah mereka yang dapat memanfaatkan teknologi digital. 

“Sekarang, untuk bisnis, belanja, orang sudah berpikir, untuk apa ke sana ke mari, membuang waktu, buang bensin jauh-jauh. Mending beli online saja,” selorohnya saat berbincang dengan Alinea.id, Selasa (26/1).

Karena itu pula, keberadaan marketplace menjadi penting. Terutama saat pandemi Covid-19 belum jua teratasi. Selain karena tidak mengharuskan pembeli untuk bertemu banyak orang, marketplace juga dinilai lebih aman dan efisien.

Ilustrasi UMKM. Foto Antara.

Sementara itu, menurut Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun, jumlah pelaku UMKM yang hijrah ke platform online mengalami pertumbuhan pesat dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan paling tinggi bahkan terjadi saat periode pandemi Covid-19, yang meningkat 13-15% atau bertambah 7-8 juta unit usaha.

Akumindo mencatat pada 2018 lalu ada sekitar 3 juta unit usaha yang menggunakan platform digital sebagai media pemasarannya. Angka itu bertambah menjadi 5 juta unit usaha di tahun 2019 dan 10 juta unit usaha pada 2020.

Menurutnya, gerakan UMKM go digital terkendala pada kemampuan pelaku usaha untuk mengoperasikan platform online. Sebab, sampai saat ini masih banyak pelaku UMKM yang belum melek digital atau gagap teknologi (gaptek).

Karena itulah, pemerintah dinilai perlu memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM. Baik untuk meningkatkan kemampuan digital sumber daya manusia (SDM) maupun untuk meningkatkan kualitas produk usaha kecil itu. Sebaliknya, pelaku UMKM harus meningkatkan kemahiran SDM-nya agar bisa mengoperasikan platform digital.

Dengan langkah itu, pihaknya yakin UMKM tidak semakin terpuruk karena pandemi. Selain itu juga bisa segera bangkit untuk kembali menjadi penopang perekonomian nasional. Terlebih, dengan melihat kontribusi usaha kecil terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang sebelumnya dapat mencapai 60,3% pada tahun 2020.

“UMKM juga berkontribusi terhadap 96% penyerapan tenaga kerja. 2020 pasti menurun, dari 63 juta unit usaha di 2019, turun sekitar 30 jutaan. Pasti menyumbang PDB-nya juga akan kecil, turun setengahnya,” ujar dia.

Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia. (Sumber: Akumindo).
Tahun Transaksi Produk Domestik Bruto (PDB) Jumlah UMKM  Tenaga Kerja
2018 Rp8.573,9 triliun 57,8% 60 juta unit usaha 91%
2019 Rp8.400 triliun 60,3% 63 juta unit usaha 96%
2020 Rp4.235 triliun 37,3% 34 juta unit usaha 73%

Lonjakan transaksi

Gerakan BBI ini juga menggandeng sejumlah pemangku kepentingan. Salah satu pihak yang mendukung gerakan BBI adalah perusahaan teknologi Tokopedia. 

Gerakan BBI membawa dampak positif bagi banyak UMKM lokal di Tokopedia. Contohnya, Wateru dan Whitelab, dari kategori Kesehatan dan Kecantikan, yang mencatat kenaikan rata-rata transaksi bulanan lebih dari empat kali lipat.

Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah, Tokopedia Astri Wahyuni mengatakan bahwa Tokopedia secara konsisten berkolaborasi dengan para mitra strategis untuk memberikan panggung seluas-luasnya kepada para pegiat usaha lokal, khususnya UMKM.

Perusahaan besutan William Tanuwijaya ini melakukan upaya kolaborasi untuk memancing antusiasme masyarakat berbisnis online lewat Tokopedia. Per Desember 2020, paparnya, ada lebih dari 10 juta penjual di Tokopedia.

“Hampir 100%-nya UMKM, bahkan 94%-nya adalah penjual berskala ultra mikro. Artinya ada penambahan lebih dari 2,8 juta penjual sejak Januari 2020 lalu,” tambahnya.

Astri menambahkan, Tokopedia juga terus berupaya menjadi jembatan penghubung antara pegiat UMKM lokal dengan lebih dari 100 juta masyarakat yang tersebar di lebih dari 98% kecamatan Indonesia, yang mengunjungi Tokopedia setiap bulannya.

Di sisi lain, dukungan Tokopedia terhadap gerakan BBI juga merupakan upaya untuk membantu para pegiat usaha lokal beradaptasi dengan berkolaborasi dan berinovasi demi mempertahankan bisnis di tengah pandemi.  

“Kami juga menghadirkan fitur ‘Bangga Buatan Indonesia’ di dalam aplikasi Tokopedia untuk memudahkan masyarakat menemukan produk-produk UMKM lokal terbaik,” tambahnya.

Astri menyebutkan bahwa selain mendorong lebih banyak bisnis bertransformasi online, pihaknya juga mengajak acara dan bazar yang biasanya dilakukan secara offline untuk menggelar acara secara online lewat Tokopedia.

Contohnya, kata dia, bazar buku online Big Bad Wolf yang memanfaatkan teknologi untuk mempermudah masyarakat dari Sabang hingga Merauke mendapatkan akses lebih luas terhadap buku. Gelaran Market Museum, Jakcloth, dan Jakarta Sneaker Day pun digelar secara daring di Tokopedia selama pandemi. 

 
 

img
Qonita Azzahra
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan