Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan, permintaan buah-buahan tropis, termasuk durian, di pasar mancanegara meningkat. Ini dinilai menjadi potensi bagi Indonesia untuk menguasai pasar global.
“Permintaan akan durian dan buah-buahan tropis di pasar domestik dan ekspor saat ini semakin meningkat. Indonesia memiliki potensi besar sebagai penghasil dan pengekspor buah tropis dunia,” ucapnya dalam The 2nd International Symposium on Durian and Other Tropical Fruits yang digelar Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) secara daring, Selasa (9/11).
Data Trade Map menunjukkan, permintaan global durian pada 2016 mencapai sekitar 1,5 miliar kilo, terdiri atas perdagangan global 440 juta kilo dan konsumsi domestik 1,03 miliar kilo. Thailand, Vietnam, dan Malaysia dilaporkan sebagai negara pengekspor durian terbesar.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan Kementan), Fadjry Djufry, menyatakan, pihaknya berkomitmen menjadikan durian asal Indonesia eksis di pasar global. Pangkalnya, RI menjadi negara penghasil terbesar di dunia.
Untuk mewujudkannya, menurut dia, perlu melakukan berbagai upaya. Pengembangan teknologi mulai dari pembenihan hingga pascapanen, misalnya.
“Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dari durian perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan dalam negeri maupun kualifikasi ekspor. Oleh karena itu, inovasi dinilai penting untuk memenangkan kompetisi global sebagai penghasil maupun pengekspor buah tropis di pasar internasional," tuturnya.
Terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mendorong komoditas durian di pasar global. Menurut perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Jesper Karlsson, perubahan iklim menjadi salah satu ancaman.
“Sektor komoditas buah tropis harus meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Peningkatan insiden akibat cuaca ekstrem telah menghancurkan lahan-lahan di beberapa negara. Peningkatan temperatur juga berdampak pada penyebaran hama dan penyakit tanaman,” ungkapnya.
Selain itu, kemampuan untuk memahami preferensi pasar juga menjadi hal penting. Travel blogger durian, Lindsay Gasik, mengungkapkan, beberapa poin kualifikasi durian di pasar global.
“Soal rasa durian tergantung dari selera setiap orang, tetapi intinya orang-orang menginginkan durian yang segar, konsisten, dan tidak rusak. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara penyimpanan durian yang baik," urainya.
"Lalu, tren di Amerika Serikat [AS] adalah hidup berkelanjutan sehingga pengemasan durian sebaiknya menggunakan bahan ramah lingkungan dan dapat terurai,” sambung dia.
Karenanya, Balitbangtan melalui Balitbu Tropika terus melakukan pengembangan durian. Pembenihan, misalnya, dilakukan melalui perbanyakan klon, pertunasan, dan pencangkokan.
Saat ini, terdapat pula metode baru yang dikembangkan untuk produksi secara luas yang disebut dongkelan atau penggalian untuk benih ukuran besar. Pola penanaman durian di Indonesia juga memasuki periode transisi dari tradisional ke penanaman intensif di areal tanam lebih luas berkisar 10-100 ha dengan menerapkan teknologi budi daya yang lebih maju.
Untuk aspek pemanenan, pascapanen, dan pemasaran, masih terus dikembangkan mengingat pemasaran yang dilakukan hingga kini masih didominasi dengan cara penjualan langsung.
Simposium internasional Balitbu Tropika tersebut diadakan dalam rangka mengembangkan inovasi teknologi pertanian berkelanjutan untuk memasarkan durian dan buah tropis lainnya ke pasar global. Konferensi dihadiri pembicara dari FAO, AS, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.
Simposium membahas beberapa topik, seperti teknik budi daya, perubahan iklim pertanian, sumber daya genetik dan pemuliaan tanaman, teknologi pascapanen, penanganan hama dan tanaman, serta manajemen rantai pasok (supply chain).