Pembangunan Bandara Komodo Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus dikebut pemerintah sebagai salah satu destinasi wisata superprioritas dalam proyek strategis nasional (PSN) meskipun di tengah pandemi coronavirus baru (Covid-19).
Tak tanggung-tanggung, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan bandara yang dibangun dengan sistem kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) itu ditargetkan beroperasi pada Januari 2021.
"Saya sedang di Labuan Bajo saat ini, memastikan sebagai bandara baru bisa dipakai pada Januari (2021)," kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dalam "Jakarta Marketing Week 2020" via daring, Sabtu (19/9).
Padahal, transportasi udara dan pariwisata menjadi dua sektor yang terdampak paling parah saat pandemi yang masih berlangsung hingga kini.
Berdasarkan catatan Angkasa Pura I (Persero) yang disampaikan pada Juli 2020, lalu lintas 15 bandara yang dikelolanya menurun tajam sejak pandemi. Dari 7,5 juta per bulan menjadi rata-rata 750.000 pengangkutan per bulannya. Tingkat keterisian maskapai juga "tersungkur" hingga 60%.
Budi Karya melanjutkan, pemerintah juga tengah menyiapkan pelabuhan internasional di Labuan Bajo. Diklaim mampu mendaratkan kapal besar seperti kapal pesiar.
"Pelabuhan nanti akan digunakan untuk pelabuhan cruise dan Labuan Bajo akan jadi salah satu dari lima Bali baru. Tahun ini kita selesaikan," ucapnya.
Bandara Komodo Labuan Bajo dibangun PT Cardig Aero Services Tbk (CASS) bersama Changi Airports International PTE LTD (CAI), yang lalu membentuk badan usaha pelaksana (BUP) bernama PT Cinta Airport Flores (CAF). Nilai investasinya Rp1,203 triliun dengan estimasi total biaya operasional untuk konsesi selama 25 tahun sebesar Rp5,733 triliun.