Emiten perbankan bekas milik Sandiaga Uno menderita kerugian hingga ratusan miliar setelah diakuisisi Pemerintah Provinsi Banten.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) yang sebelumnya dimiliki oleh Sandiaga Uno dengan nama PT Bank Pundi Indonesia Tbk., harus menelan pil pahit lantaran kinerja kian terpuruk.
Pada tahun 2018, BPD Banten mencatatkan rugi bersih Rp100,1 miliar. Kerugian itu kian membengkak atau mengalami peningkatan 31,5% dari tahun sebelumnya Rp76,28 miliar.
Direktur Utama BPD Banten Fahmi Bagus mengatakan, sejumlah indikator kinerja keuangan menunjukkan perlambatan lantaran terdampak ekonomi global. Kondisi itu juga diakibatkan oleh industri perbankan nasional yang tengah terdampak normalisasi kebijakan moneter dan situasi geopolitik.
Dia beralasan, keterbatasan ekspansi kredit juga menjadi alasan kerugian Bank Banten kian menggunung. Tren kenaikan suku bunga Bank Indonesia juga ditengarai menambah beban kinerja perseroan.
"Persaingan pihak ketiga tidak hanya perbankan saja, tapi juga dengan pasar modal juga sama. Kemarin pemerintah beberapa kali mengeluarkan obligasi ritel, sukuk ritel, sekarang bersaing juga dengan mereka. Sehingga kerugian kami meningkat dari tahun sebelumnya," ujar Fahmi usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Serang, Banten, Senin (25/3).
Dia mengatakan, ke depan manajemen sudah menyiapkan strategi untuk meningkatkan digitalisasi perbankan melalui teknologi informasi.
"Menciptakan inovasi demi memberikan kemudahan kepada nasabah serta pengembangan internet banking dan pengembangan produk," kata Fahmi.
Sementara dari sisi pengembangan, Bank Banten akan menerima pembayaran e-samsat Provinsi Banten dan membantu wajib pajak melakukan kewajibannya. "Kami sedang mempersiapkan pengembangan pembayaran melalui berbagai payment point online bank seperti fastpay, toko ritel, DANA, dan Tokopedia," ungkapnya.
Fahmi mengharapkan Bank Banten dapat menjadi bank penerima PBB, BPHTB, dan pajak lainnya yang menjadi sumber penerimaan daerah di seluruh Kab/Kota se-Banten.
Pada tahun 2018, Bank Banten meraup pendapatan bunga senilai Rp571,66 miliar, naik tipis 8,07% dari tahun sebelumnya Rp528,9 miliar. Saat bersamaan, beban bunga justru melonjak 26,7% menjadi Rp436,25 miliar dari Rp344,28 miliar.
Emiten bersandi saham BEKS milik Pemprov Banten itu berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp6,66 triliun, naik 19,84% year-on-year (yoy) dari Rp5,55 triliun. Sedangkan, penyaluran kredit tumbuh tipis 8,1% menjadi Rp5,38 triliun, lebih rendah dari industri 12,88% pada 2018.
Adapun, total aset BEKS mencapai Rp9,48 triliun mengalami peningkatan 23,8% yoy dari Rp7,66 triliun. Sedangkan, liabilitas Rp8,78 triliun dan ekuitas Rp693 miliar.
Bekas milik Sandiaga
Bank Pundi sebelumnya dimiliki oleh Sandiaga Uno dan Rosan Perkasa Roeslani melalui Recapital sejak 2010. Kemudian, pada pertengahan 2016, Sandi menjual Bank Pundi kepada PT Banten Global Development melalui rights issue.
Banten Global Development (BGD) merupakan special purpose vehicle (SPV) atau perusahaan yang sahamnya digenggam oleh Provinsi Banten. BGD sebagai pembeli siaga dalam rights issue, masuk dalam tiga tahap.
BGD masing-masing tahapan memiliki 25%, lalu 40%, dan terakhir 68% dengan nilai total akuisisi Rp800 miliar. Saat ini, BGD menggenggam kepemilikan 51% dan Recapital telah resmi melepas kepemilikan.
Sejak saat itu, Sandiaga dan Rosan telah melepas cengkeraman di Bank Pundi. Bank yang telah go public itu pun berubah nama menjadi BPD Banten.
Pada perdagangan Senin (25/3), saham BEKS masih stagnan di level terendah Rp50 per lembar. Kapitalisasi pasar saham BEKS mencapai Rp3,2 triliun.