close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bank Commonwealth masih merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan utama untuk investasi imbal hasil. / Facebook Commonwealth Bank
icon caption
Bank Commonwealth masih merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan utama untuk investasi imbal hasil. / Facebook Commonwealth Bank
Bisnis
Sabtu, 13 Juli 2019 05:25

Bank Commonwealth: Tips investasi usai pemilu

Bank Commonwealth melihat perbaikan kondisi ekonomi dan politik Indonesia pasca drama pemilu 2019.
swipe

Bank Commonwealth melihat perbaikan kondisi ekonomi dan politik Indonesia pasca drama pemilu 2019. Hal ini pun membuat investor kembali ke Indonesia. Commonwealth masih merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan utama untuk investasi imbal hasil.  

Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Kamis (11/7), reksa dana saham secara historikal masih memberikan imbal hasil yang tertinggi dalam jangka panjang dibandingkan dengan reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, serta reksa dana campuran.  

“Oleh karena itu, kami memutuskan memulai kerja sama dalam mendistribusikan reksa dana di bawah kelolaan Sucorinvest Asset Management yaitu Sucorinvest Equity Fund. Secara kinerja, produk ini memberikan imbal hasil sebesar 79,27% dalam 3 tahun terakhir, sementara tolok ukur IHSG memberikan imbal hasil sebesar 26,75% (data per Juni 2019),” kata Ivan.

Untuk melengkapi reksa dana saham Sucor, Bank Commonwealth juga mendistribusikan reksa dana Sucorinvest Money Market Fund, reksa dana pasar uang dengan dana kelolaan Rp2,35 triliun (data per akhir Juni 2019). Kedua reksa dana tersebut dapat di-switching bagi nasabah yang ingin melakukan rebalancing.

Bank Commonwealth merekomendasikan reksa dana saham sebab melihat pasar saham Indonesia dan obligasi yang rebound sepanjang bulan Juni 2019. 

Bank Commonwealth juga menyebut investor global masih melihat Indonesia yang merupakan emerging market sebagai tujuan investasi. Hal ini terjadi setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak gugatan sengketa Pemilihan Presiden 2019-2024, yang menjadikan drama Pemilihan Umum Indonesia 2019 berakhir. 

Koalisi pemerintahan yang tetap solid juga merupakan nilai tambah, yang memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Fundamental yang kuat juga diperkuat dengan keputusan Standart & Poor (S&P), menaikkan peringkat utang Indonesia satu tingkat ke “BBB” dan outlook stabil di akhir bulan Mei lalu. 

Selain itu, tulis Commonwealth, pertemuan G-20 yang berlangsung di Osaka, Jepang, pada akhir bulan Juni berakhir positif sesuai dengan ekspektasi pasar. Amerika Serikat dan China yang sempat melakukan perang dagang sepakat untuk kembali melanjutkan rancangan perjanjian dan juga menangguhkan tarif untuk sementara waktu. 

"Sentimen positif juga datang dari The Fed yang membuka pintu untuk melonggarkan kebijakan moneter dalam rangka mengurangi dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia akibat perang dagang," kata Commonwealth.

Adapun pada bulan Juli ini, Bank Commonwealth memperkirakan perhatian investor akan terfokus pada tiga hal. Pertama, perundingan lanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terkait perang dagang. 

Kedua, laporan keuangan kuartal-II 2019, yang akan keluar di pertengahan Juli 2019 hingga pertengahan Agustus 2019, dan ketiga, pertemuan bank sentral terkait penentuan suku bunga. Rencananya, Bank Indonesia akan bertemu di tanggal 18 Juli dan The Fed dijadwalkan bertemu di akhir Juli.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan