close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Antara.
icon caption
Ilustrasi. Foto Antara.
Bisnis
Selasa, 31 Maret 2020 13:33

Bank Dunia: Jumlah penduduk miskin akan bertambah akibat Covid-19

Bank Dunia memprediksi akan ada tambahan 11 juta orang miskin di kawasan Asia-Pasifik akibat Covid-19.
swipe

Bank Dunia mengeluarkan laporan ekonomi bulanan untuk April 2020 dengan tajuk East Asia and Pacific in the Time of Covid-19. Dalam laporannya, Bank Dunia memprediksi ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik hanya akan tumbuh 2,1% atau lebih rendah dari prediksi sebelumnya sebesar 5,8%.

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa mengatakan guncangan Covid-19 juga akan berdampak serius pada tingkat kemiskinan. Laporan Bank Dunia tersebut memperkirakan akan ada tambahan penduduk miskin di kawasan sebesar 11 juta jiwa jika kondisi tidak tertangani segera.

Padahal, diprediksi sebelumnya sebanyak 35 juta jiwa akan keluar dari garis kemiskinan pada tahun ini. Namun, sejak merebaknya pandemi Covid-19, hal itu menjadi serba tidak mungkin. Garis kemiskinan yang dipatok Bank Dunia adalah US$5,50 per hari.

"Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik yang sudah menghadapi ketegangan perdagangan internasional (trade tension) dan dampak dari penyebaran Covid-19 di Tiongkok sekarang dihadapkan dengan guncangan ekonomi global," katanya pada Selasa (31/3).

Namun, di menjelaskan, kawasan Asia-Pasifik masih memiliki kemampuan untuk bangkit yang cepat karena daya tahan dan potensi untuk melewati krisis yang tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya.

 "Kabar baiknya adalah bahwa kawasan ini memiliki ketahanan dan potensi kemampuan untuk melewati krisis, tetapi negara-negara harus bertindak cepat dan pada skala yang sebelumnya tidak pernah dilakukan," lanjutnya.

Untuk itu, dalam laporannya, Bank Dunia menyarankan untuk mengambil pandangan terintegrasi tentang kebijakan penanggulangan pandemi ini dan ekonomi makro. Langkah-langkah fiskal yang ditargetkan seperti subsidi untuk membiayai yang sakit dan perawatan kesehatan.

"Selain aksi nasional yang berani, kerja sama internasional yang lebih dalam bisa menjadi vaksin yang paling efektif untuk melawan ancaman ini. Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik serta di tempat lain harus melawan penyakit ini bersama-sama, menjaga perdagangan tetap terbuka dan mengoordinasikan kebijakan ekonomi makro,” ucapnya.

Di samping itu, Victoria mengatakan, pemerintah juga perlu melonggarkan kredit untuk menjaga konsumsi rumah tangga dan membantu perusahaan bertahan dari goncangan. Untuk negara-negara lebih miskin, keringanan utang sangat penting, sehingga sumber daya dapat difokuskan pada pengelolaan dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi.

Lebih lanjut, Victoria mengungkapkan, Bank Dunia menyatakan pertumbuhan negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk tahun 2020 diproyeksikan melambat menjadi 2,1% pada skenario baseline dan menjadi negatif 0,5% untuk skenario lebih rendah, dari perkiraan 5,8% pada 2019.

Dalam laporan yang sama, Bank Dunia juga menyatakan laju perekonomian China hanya akan bergerak di angka 2,3% untuk skenario sedang, dan skenario terburuk akan anjlok di kisaran 0,1% saja. Sebelumnya, ekonomi Tiongkok diprediksi tumbuh 6,1%.

"Menahan pandemi akan memungkinkan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini, meskipun risiko dari tekanan pasar keuangan terhadap proyeksi tersebut akan tetap tinggi," ujar dia.

Sektor terdampak

Laporan ini juga menyoroti risiko jatuh miskin (falling into poverty) yang jauh lebih tinggi di antara rumah tangga yang tergantung pada sektor-sektor yang secara khusus rentan terhadap dampak Covid-19, seperti pariwisata di Thailand dan Kepulauan Pasifik, manufaktur di Kamboja dan Vietnam, dan di antara rumah tangga yang bergantung pada sektor informal di semua negara. 

Di beberapa negara, dampak Covid-19 juga menambah kondisi spesifik yang sedang dihadapi negara tersebut, seperti kekeringan (Thailand) atau guncangan komoditas (Mongolia). Di negara-negara Kepulauan Pasifik, prospek untuk tahun 2020 memiliki risiko besar karena ketergantungan ekonomi mereka pada hibah, pariwisata, dan impor.

Bank Dunia pun telah meluncurkan paket bantuan jalur cepat (fast track package) sebesar US$14 miliar untuk memperkuat penanganan Covid-19 di negara-negara berkembang dan mempersingkat waktu pemulihan. 

Sedangkan International Finance Corporation (IFC) menyediakan US$8 miliar dalam pembiayaan untuk membantu perusahaan swasta yang terkena dampak pandemi dan mempertahankan pekerjaan. IBRD dan IDA menyediakan US$6 miliar pada tahap awal untuk tanggapan kesehatan. 

"Karena negara-negara membutuhkan dukungan yang lebih luas, Kelompok Bank Dunia akan mengerahkan hingga $160 miliar selama 15 bulan untuk melindungi kaum miskin dan rentan, mendukung sektor usaha, dan mendukung pemulihan ekonomi," tambahnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan