close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi/Shutterstock
icon caption
Ilustrasi/Shutterstock
Bisnis
Kamis, 22 Maret 2018 22:19

Bank terkena fraud harus migrasikan kartu ke teknologi chip

BI segera memanggil seluruh bank-bank yang terkena fraud untuk segera meningkatkan perlindungan nasabah dengan mengganti magnetic stripe
swipe

Bank Indonesia memastikan mempercepat migrasi kartu dari teknologi pita magnetik dengan teknologi chip. Selain itu, juga penyesuaian ATM dan Electronic Data Capture (EDC). Semuanya itu diharapkan bisa teralisasi sebelum 31 Desember 2021. 

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Sitem Pembayaran BI, Onny Widjanarko, mengatakan, pihaknya akan mengundang Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) untuk membahas percepatan migrasi kartu. 

Saat ini harga chip berada pada kisaran US$ 2 (Jika dikurs rupiah sekitar Rp 26.000). Relatif lebih murah bila dibandingkan beberapa tahun lalu yang mencapai Rp50.000. Hal itu tentunya menjadi peluang bagi Bank Indonesia mempercepat migrasi yang lebih besar.  

"Kita akan panggil seluruh bank-bank yang terkena fraud untuk segera meningkatkan perlindungan nasabanya dengan mengganti magnetic stripe menjadi chip supaya lebih aman. Nasabahnya juga harus diedukasi. Kita juga ingin bank-bank itu meningkatkan fraud detection (deteksi kecurangan)," ujar Onny, Kamis (22/3).

Rencananya, fraud detection terdiri dari pencegahan, deteksi dan mitigasi. Misalnya, ada yang membeli pulsa empat kali dalam satu hari di nomer yang sama. Sistem harus bisa mendeteksi apakah itu bentuk kecurangan atau bukan. Sistem seperti itulah yang harus dibangun untuk mencegah dampak dari fraud.

Transaksi online juga harus memiliki fitur keamanan. Misalkan saja pembelian barang di e-commerce, ada baiknya membuat sistem password sekali pakai (one time password - OTP). "Kalau nanti sering di fraud orang nggak percaya. Kita kumpulkan ASPI dan bank untuk melakukan hal-hal tadi. 

Fokus lainnya yaitu mengedukasi nasabah. Dengan pengguna nasabah yang mencapai 140 juta jiwa, pasti menjadi beban tersendiri. Keamanan juga perlu ditingkatkan. Nasabah juga harus sering mengganti nomor pin.

Sementara, manajemen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi kejahatan skimming, salah satunya dengan patroli pada anjungan tunai mandiri (ATM).

Direktur Utama BRI, Suprajarto, mengatakan, perseroan telah banyak melakukan langkah antisipasi agar kejahatan skimming tak lagi terulang. Misalnya melalui patroli pada setiap ATM yang terindikasi rawan kejahatan skimming.

"Kami juga akan memasang teknologi terbaru anti skimming di ATM atau di kantor cabang. Ada beberapa software yang sebetulnya sudah dipasang terkait transaksi anomali, ini efektif untuk antisipasi," katanya katanya, Kamis (22/3).

Semua perbankan telah melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi adanya kejahatan skimming. Bahkan, BRI mengklaim telah banyak melakukan langkah pencegahan transaksi di luar kewajaran.

Emiten berkode saham BBRI tersebut telah mengganti dana nasabah yang terkena kasus kejahatan skimming. Penggantian dana mencapai Rp150 juta dari sekitar 30 nasabah. 

Nasabah paling banyak berada di kawasan Kediri, Jawa Timur. Sedangkan, untuk wilayah lainnya jumlah nasabah yang terkena kejahatan skimming dinilai sedikit dan bisa dideteksi langsung oleh teknologi milik perusahaan.

Selain itu, manajemen BRI terus memproses penggantian kartu ATM nasabah dengan chip dari sebelumnya pita magnetik. Kartu chip dinilai memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pita magnetik.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Sukirno
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bagikan :
×
cari
bagikan