PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) tengah mengkaji rencana untuk membuka kantor perwakilan di beberapa negara Asia, seperti Korea Selatan, Vietnam, dan Kamboja.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan Bank Mandiri akan melihat potensi pembukaan cabang mana yang menarik di antara opsi tersebut.
"Buka cabang enggak harus besar, mulai dari yang kecil pun kalau kita yakin itu bisa tumbuh, bisa bikin bisnis modelnya tumbuh bagus, kita buka," ujar Royke usai paparan kinerja Bank Mandiri 2019 di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1).
Bank Mandiri, lanjut Royke, melihat ada banyak opsi yang bisa dilakukan saat melakukan ekspansi ke luar. Perseroan membuka kemungkinan melakukan skema joint venture atau akuisisi bank.
"Lihat kemampuan kita juga kan, kami tak bisa akuisisi tanpa kemampuan," ujarnya.
Royke melanjutkan, dirinya juga menginginkan agar terjadi sinergi antara Bank Mandiri dan bank yang akan diakuisisi atau cabang baru.
Namun, Royke mengatakan proses tersebut tak sesederhana mengakuisisi bank yang untung (laba) begitu saja. Sebab, apabila cabang baru tersebut berjalan sendiri tanpa sinergi, maka akan membuat beban operasional Bank Mandiri bertambah.
Royke pun menginginkan apabila jadi mengakuisisi atau melakukan JV, nilai yang didapatkan harus bisa lebih baik dari saat ini.
"Harus diprediksi dengan bisnis yang telah ada sekarang, dengan kita akuisisi atau JV harus create value yang cukup. Sehingga kan ujungnya share holder menikmati hasilnya," tutur Royke.
Untuk diketahui, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) membukukan laba bersih Rp27,5 triliun pada tahun 2019. Laba bersih ini tumbuh 9,9% dari Rp25 triliun tahun 2018.
Pertumbuhan laba Bank Mandiri ditopang oleh pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 10,7% secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp907,5 triliun pada 2018.
Dari pertumbuhan kredit tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp59,4 triliun, naik 8,8% (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
Adapun pertumbuhan kredit Bank Mandiri mengalami penurunan dari 12,4% pada tahun 2018, menjadi 10,7% di 2019.