close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Mandiri Tunas Finance (MTF) segera melantai di Bursa Efek Indonesia melalui IPO. / Facebook
icon caption
Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Mandiri Tunas Finance (MTF) segera melantai di Bursa Efek Indonesia melalui IPO. / Facebook
Bisnis
Selasa, 08 Januari 2019 01:19

Bank Mandiri segera jual bank syariah dan multifinance

Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Mandiri Tunas Finance (MTF) segera dijual di Bursa Efek Indonesia melalui IPO.
swipe

Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Mandiri Tunas Finance (MTF) segera melantai di Bursa Efek Indonesia melalui IPO.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terus mendorong anak usahanya untuk melantai di BEI melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2020 mendatang.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, perseroan mendorong BSM dan MTF untuk IPO. Menurutnya, saat ini BSM dinilai sudah lebih sehat dan pembiayaan bermasalah MTF bisa di bawah 3%.

"Jadi, seharusnya BSM bisa IPO di 2020. Kalau MTF sedang kami siapkan, kita lihat nanti profitability dan size yang pas berapa di MTF," ujar Tiko panggilan akrabnya di Kantor Pusat Mandiri, Jakarta, Senin (7/1).

Selain itu, Tiko juga menjelaskan untuk Bank Mantap belum ada rencana IPO lantaran baru saja terjadi perubahan kepemilikan. PT Taspen memperbesar kepemilikannya di bank yang sebelumnya bernama Bank Sinar Harapan Bali ini. 

"Kepemilikan Taspen yang meningkat ini, harapan kami kerja sama kami dari sisi perbankan dan Taspen sebagai pemilik nasabahnya semakin baik dan bisa tumbuh semakin cepat," ujarnya.

Direksi baru

Sementara itu, Bank Mandiri baru saja menunjuk Riduan sebagai Direktur Commercial Banking yang sebelumnya menjabat SEVP Middle Corporate Mandiri. Untuk diketahui, sebelumnya Bank Mandiri tidak memiliki Divisi Commercial Banking.

Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, pembentukan direktorat baru ini dilakukan untuk menggencarkan bisnis di sektor menengah atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hingga saat ini, kontribusi kredit dari segmen menengah atau komersial sebesar 20%.

"Nasabah SME (small medium entreprises/UMKM) ini segmen menengah yang udah cukup besar tumbuh, namun belum sebesar perusahaan yang listed, kami bentuk lagi direktoratnya karena kami meyakini segmen korporasi ini sudah nomor satu, tapi untuk komersial belum," ujarnya.

Sebelumnya, nasabah commercial banking ditangani di bawah divisi corporate banking. Divisi yang berada di bawah pimpinan Royeke Tumilaar sebagai Direktur Corporate Banking ini harus mengelola dana nasabah sebesar Rp400 triliun, yang terdiri atas Rp130 triliun dari nasabah komersial dan Rp300 triliun dari nasabah korporasi. Sehingga, secara keseluruhan hampir 60% portofolio Bank Mandiri berada di bawah divisi corporate banking

"Oleh karena itu, kita mesti membelah segmen corporate ini menjadi segmen corporate dan segmen commercial. Untuk commercial, definisinya tadi perusahaan menengah yang size-nya cukup besar, kreditnya ada yang ratusan miliar gitu ya tapi memang bukan perusahaan yang listed atau BUMN," pungkasnya.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan