PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mengalami rugi bersih Rp132,8 miliar pada semester 1-2021. Hal ini dikarenakan meningkatnya biaya operasional melalui naiknya jumlah pengguna, customer acquisition, promosi dan edukasi, investasi di teknologi yang berkesinambungan.
Direktur Utama BBYB Tjandra Gunawan mengatakan, kerugian tersebut bukan tanpa alasan. Sebagai bank yang tengah bertransformasi menjadi bank digital, pada paruh pertama tahun ini, perseroan menggelontorkan banyak uang untuk berinvestasi pada pengembangan teknologi.
"Saya melihat dalam hal kerugian yang kami derita, ini bukan merupakan suatu kerugian yang tanpa sebab," kata dia dalam dalam paparan public expose insidentil, Senin (6/9).
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, BBYB membukukan laba bersih sebesar Rp19,3 miliar. Namun begitu, perseroan mengalami peningkatan 42% pendapatan bunga bersih dari Rp96 miliar pada Juni 2020 menjadi Rp136 miliar pada Juni 2021. Serta Ekuitas meningkat 27% dari Rp972 miliar Juni 2020, menjadi Rp1,2 triliun Juni 2021.
Dalam kesempatan itu, perseroan merencanakan aksi korporasi penerbitan saham baru melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) V, dalam rangka Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana Rp2,5 triliun. Aksi korporasi tersebut bertujuan memenuhi modal bank digital sebesar Rp3 triliun, sesuai dengan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kami menargetkan sebelum akhir tahun ini setidak-tidaknya modal inti sebesar Rp3 triliun. Yang mana, ini merupakan target tahun depan, tapi kami akan memenuhinya tahun ini," ucap Tjandra.
Jadwal sementara tanggal efektif PUT V BBYB tertulis 9 September 2021, dengan periode perdagangan HMETD 23-30 September 2021. Adapun, periode pelaksanaan dan penyerahan saham hasil pelaksanaan HMETD pada 27 September-4 Oktober 2021