close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
icon caption
Bisnis
Senin, 23 Oktober 2017 17:11

Harga bawang merah terus turun

Harga bawang merah makin murah di tingkat petani. Saking murahnya, sejumlah petani mengaku enggan untuk menanam bawang merah
swipe

Mereka (petani) mengaku tidak punya modal lagi karena merugi. Sejak awal tahun harga bawang merah terus turun. Kondisi ini tentu menyusahkan petani yang berharap margin dari hasil bercocok tanam bisa menjadi modal kembali bertani bawang merah. 

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, sejak Januari 2017 dengan harga bawang merah Rp 33.960 per kilogram (kg). Kini per Oktober hanya sebesar Rp 22.735 per kg. Oktober menjadi bulan dengan harga bawang merah terendah, sejak Agustus harganya susut terus mencapai di Rp 28.212 per kg. 

Jamak terjadi, masalah harga pangan rendah karena stok yang melimpah di  pasar. Sebenarnya persoalannya tidak hanya sependek itu. Stabilitas harga bawang merah sulit dicapai karena tidak adanya kontrol dari stakeholder

Pemerintah hanya sibuk mencapai target produksi, namun gagap saat menghadapi kondisi pasca panen. Walhasil, stok di pasar melimpah dan petani paling dirugikan atas kondisi ini. 

Keberpihakan pemerintah kepada petani pun masih dipertanyakan. Presiden Joko Widodo tahun 2016 sempat menyebut bahwa harga bawang merah yang tinggi membuat senang petani. Namun menyulitkan masyarakat. 

"Kalau musim kayak gini bawang bisa mahal satu kilo sebesar Rp 30.000 - Rp 35.000, kalau pas mahal yang senang petani. Tapi konsumennya, masyarakat yang lain teriak-teriak ke saya. Pak ini bawang merahnya gimana harganya sampai Rp 50.000. Jadi belum tentu petani senang, masyarakat senang. Itu yang kita cari keseimbangan itu," tegas Jokowi. 

Sampai hari ini statment Jokowi tidak terbukti mampu mencapai keseimbangan yang dimaksud. Harga bawang merah kian merosot bahkan mencapai Rp 22.735 dimana di tingkat petani terpantau Alinea.id di sejumlah media online seperti: detik.com hanya berkisar Rp 7.000 per kg sampai Rp 8.000 per kg. Harga jual tersebut jelas tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk harga bawang basah Rp 15.000 per kg dan bawang kering Rp 18.300 per kg. 

Modal yang kembali amat minim pada panen raya September. Petani akhirnya menahan diri untuk kembali tanam pada Oktober. Modal untuk membeli benih, pupuk dan obat tidak cukup untuk membiayai rencana tanam bawang. 

Dinas Pertanian Cirebon Ali Efendi pada Senin (23/10) dikutip Republika.com bahkan menyarankan agar biaya produksi berkurang. Caranya dengan cara mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida berlebih. Gunakan secukupnya, kata Ali. 

Peran TPID 

Menekan biaya produksi memang bisa menjadi solusi sementara, agar petani tidak lagi menderita di kemudian hari. Namun dampaknya adalah stok yang terbatas. 

Saat panen Desember mendatang stok bawang merah bisa tipis. Kalau stok tipis, harga bawang merah dipastikan melambung tinggi. Kalau kondisi seperti ini, lagi-lagi pemerintah pusing untuk menstabilkan harga bawang merah. 

Padahal industri kuliner tanah air terus menggeliat. Banyaknya usaha kuliner makanan daerah terus tumbuh dan membuat permintaan akan bawang terus naik. 

Jika harga bawang merah naik, harga jual makanan bisa juga naik. Atau pedagang mengurangi bawang merah. 

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, terlebih dahulu pemerintah harus memahami karakter dari usaha bawang merah. Sambil terus memantau perkembangan harga di pasaran.

Sebenarnya saran tersebut telah dilakukan oleh pemerintah dengan membangun Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang bertugas melakukan pemantauan harga dan ketersediaan bahan pokok. Namun rupanya TPID masih belum berhasil di sektor bawang merah dalam hal kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, serta keaktifan dalam berkomunikasi. 

Disisi lain mengatasi stok bawang merah yang melimpah, pemerintah harus mendorong lebih banyak lagi ekspor ke Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Timor-Timor. Cara ini bisa menjadi solusi sementara saat stok melimpah di pasar. 

Direktur Jendral Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono dalam keterangan tertulis pada 19/10 mengatakan bahwa ekspor bawang merah sejak Januari hingga Agustus telah mencapai 1.782 ton. Sayang, cara tersebut tidak juga mendongkrak harga bawang merah di tingkat petani. 

Begitu juga cara agar Bulog dan BUMN menyerap bawang merah di wilayah sentra dengan harga wajar. Kemudian mendistribusikan ke daerah yang harga bawang merahnya tinggi di pasaran belum membuahkan hasil berarti. 

 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan