close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja berkomentar soal pelemahan nilai tukar rupiah. / Facebook
icon caption
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja berkomentar soal pelemahan nilai tukar rupiah. / Facebook
Bisnis
Jumat, 27 Juli 2018 03:40

BCA bakal uji ketahanan saat rupiah anjlok

Anjloknya nilai tukar rupiah hingga menembus Rp14.500 per dollar Amerika Serikat membuat bos BCA akan melakukan uji ketahanan bank.
swipe

Anjloknya nilai tukar rupiah hingga menembus Rp14.500 per dollar Amerika Serikat membuat bos BCA akan melakukan uji ketahanan bank.

Kurs rupiah terus melemah terhadap dollar AS. Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Kamis (26/7) nilai tukar rupiah menembus Rp14.541 per dollar AS.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja berkomentar soal pelemahan nilai tukar rupiah ini. Ia menjelaskan, untuk nilai tukar dollar AS sejak awal tahun tercatat di level Rp13.000-an per dollar AS. Namun, saat ini sudah menyentuh posisi Rp14.500-an, bahkan sudah diikuti kenaikan bunga acuan. 

Menurut Jahja, hal ini tak bisa dilihat dari satu sisi saja. Sehingga, tak hanya dilihat rupiah yang melemah dan bunga acuan yang terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, ada juga faktor global yang harus diperhatikan, misalnya kondisi AS yang tahun ini sudah menaikkan suku bunga acuan berkali-kali.

Kemudian, pasar juga sudah berekspektasi akan terjadi kenaikan lagi Fed Fund Rate pada September dan Desember serta tahun depan. Jahja menjelaskan investor di manapun, memiliki kecenderungan untuk menempatkan dana di tempat yang memberikan imbal hasil yang tinggi.

"Seorang investor itu kalau US interest rate naik mereka cenderung shift dana di tempat yang bunganya tinggi. Itu naluri investor," katanya dalam paparan kinerja BCA semester I-2018 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (26/7).

Jahja menjelaskan, jika BI tidak menaikkan suku bunga acuannya yang secara total sudah mencapai 100 bps ke level 5,25%, ada kemungkinan rupiah bisa bergerak liar dan mempengaruhi jumlah cadangan devisa. Karena itu, langkah yang dilakukan BI dinilai sudah tepat.

"Kalau kemarin tidak dinaikkan suku bunga, rupiah bisa lari ke mana-mana dan cadangan devisa kita bisa terkuras untuk menahan laju dollar AS. Memang seperti buah simalakama, kalau dilihat ke depan situasi ini tidak selesai dalam waktu singkat," imbuhnya.

Padahal menurut Jahja, dengan menguatnya dollar AS ini, membuka peluang untuk menggenjot ekspor. Namun, sayangnya saat ini kemampuan industri nasional belum siap untuk mengembangkan ekspor. Hal itu menjadi sebuah dilema bagi pemerintah.

"Rupiah bisa terdepresiasi, apalagi sekarang hampir semua bahan baku BBM kita impor, semuanya pasti naik dan menyebabkan harga pokok naik. Kalau harga tidak ikut dinaikkan maka profit akan turun, memang ini sedikit dilema. Bank harus menyiapkan diri untuk uji ketahanan," pungkasnya.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan