close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Gas Elpiji. Sumber Foto: migas.esdm.go.id
icon caption
Ilustrasi Gas Elpiji. Sumber Foto: migas.esdm.go.id
Bisnis
Kamis, 07 April 2022 12:09

Beda dengan China, harga DME di Indonesia fluktuatif

Di China harga Dimethyl Ether dan LPG saling beriringan.
swipe

Impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Demi menekan impor LPG, pemerintah mendorong gasifikasi batu bara, yakni mengolah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) yang bisa dimanfaatkan untuk subtitusi atau menggantikan LPG.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya W. Yudha mengatakan, di China harga DME dan LPG saling beriringan. Namun, di Indonesia harga DME cenderung fluktuatif.

"Kalau LPG di Indonesia acuan dari DME fluktuatif sekali," uncapnya dalam Diskusi Publik bertajuk Keekonomian Gasifikasi Batu Bara, Kamis (7/4).

Menurutnya, formulasi harga diperlukan karena cenderung fluktuatif. Pasalnya, apabila DME menggantikan LPG, khususnya yang subsidi, maka kompensasi yang diberikan pemerintah menjadi besar.

"Maka formulasi harga DME harus dirumuskan, perlu suatu formulasi yang tidak berfluktuasi seperti ini," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, akan ada formulasi harga DME yang akan pihaknya kaji dari waktu ke waktu. Satya juga meyakini jika pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga akan memformulasikan.

"Indikasi dari DEN bahwa acuan daripada DME di Indonesia tidak bisa serta merta seperti di China yang hampir beriringan antara LPG dan harga DME," tuturnya.

Sebelumnya, Ekonom Senior Faisal Basri menyebut jika proyek gasifikasi mengubah batu bara menjadi DME adalah melawan kodrat.

Menurutnya, melalui proyek DME ini pemerintah mencoba menyelesaikan masalah LPG yang banyak menelan subsidi dan pemenuhannya didominasi impor. Untuk mengolah batu bara menjadi DME, dia sebut ongkosnya akan sangat mahal.

"Untuk menyelesaikan subsidi LPG pakai DME, DME ini mahal banget melawan kodrat," ucapnya dalam Diskusi Media: Krisis Batu Bara Dalam Negeri, Quo Vadis Tata Kelola Batu Bara, Rabu (26/1).

Faisal menjelaskan, ongkos yang mahal ini datang dari proses mengolah batu bara yang asalnya hitam dan gosong kemudian akan diolah menjadi gas dalam bentuk DME yang bersih.

"Pasti ongkos produksinya akan amat mahal, dan siap-siap menyisihkan subsidi APBN," ucapnya.

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan