Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan, secara konsolidasi berhasil membukukan peningkatan pendapatan usaha 4,3% pada 2020. Pendapatan usaha BEI tercatat sebesar Rp1,62 triliun di 2020, naik dari 2019 sebesar Rp1,56 triliun.
Secara keseluruhan, jumlah total pendapatn BEI adalah sebesar Rp1,92 triliun, atau meningkat 0,6% dari tahun 2019, yakni Rp1,91 triliun. Kemudian, jumlah beban BEI pada tahun 2020 adalah sebesar Rp1,28 triliun atau turun 3,2% dari tahun 2019.
"BEI berhasil mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp487,41 miliar di tahun 2020. Laba bersih ini tumbuh 9,5% dari tahun 2019," kata Sekretaris Perusahaan BEI, Yulianto Aji Sadono, Selasa (29/6).
Pada tahun 2020, BEI membukukan nilai total aset sebesar Rp8,84 triliun atau meningkat 22,7% dari tahun 2019 dan total kewajiban atau liabilitas sebesar Rp3,73 triliun, atau naik 35,4% dari tahun 2019. Sementara, total ekuitas BEI pada tahun 2020 adalah sebesar Rp5,11 triliun, atau mengalami kenaikan 14,9% dari tahun 2019.
Pada akhir 2020, pasar modal Indonesia ditutup dengan mencatatkan kinerja positif, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan dan terus beranjak mendekati posisi awal sebelum pandemi Covid-19. Pada akhir 2020, IHSG ditutup di level 5.979, setelah sempat turun lebih 37% ke level 3.937 pada Maret 2020.
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di November 2020 pernah mencapai Rp13,2 triliun dan Rp18,4 triliun di Desember 2020 yang membantu menutup tahun 2020 dengan RNTH mencapai Rp9,2 triliun. Selain itu, pada 2020, frekuensi perdagangan harian menyentuh rekor tertingginya, yaitu 1,69 juta kali transaksi, tepatnya pada tanggal 22 Desember 2020.
BEI pada 2020 juga mampu mencatatkan 51 perusahaan tercatat baru dan merupakan yang tertinggi di antara bursa lainnya di ASEAN. Berdasarkan data EY Global IPO Trend Report, BEI masih masuk ke dalam daftar 10 besar bursa dengan aktivitas pencatatan saham tertinggi di dunia selama tiga tahun berturut-turut, sejak tahun 2018 hingga tahun 2020.